Buat kalian yang seumuran sama gue (FYI,gue lahir tahun ’95
:p),pasti nggak bakalan asing sama monster yang satu ini : Godzilla! Ada yang
nggak tau Godzilla? Bukan,bukan browser yang dipake internetan,itu namanya
Mozilla. Kalo ditanya apa yang gue ketahui tentang Godzilla,akan muncul secara samar-samar
di kepala gue adegan-adegan sebuah film tentang monster raksaksa yang
menghancurkan suatu kota,ya udah. Sebelumnya gue nggak pernah nonton film
Godzilla secara mendetail,yang gue tahu Godzilla cuma ngancur-ngancurin
gedung,gitu doang. Fakta bahwa tahun ini Godzilla muncul kembali di layar lebar
membuat gue girang segirang-girangnya (kenapa gue jadi terdengar kayak
tante-tante ya?). Gue pun sampe bela-belain nonton di hari pertama pemutarannya
di Indonesia demi ngeliat monster yang sukses bikin masa kecil gue diselipi
ketakutan kalo Godzilla itu beneran ada. So,gimana pendapat gue tentang film
Godzilla ala holywood? Check it out!
Keselamatan umat manusia terancam karena kemunculan sesosok
monster raksaksa yang disebut Muto. Ford Brody,seorang letnan Angkatan Laut,harus
berjuang untuk memusnahkan Muto dari muka bumi. Namun manusia bukanlah lawan
yang seimbang untuk ukuran seekor monster raksaksa. Satu-satunya yang bisa
melawan Muto adalah sesosok monster raksaksa lain yang disebut........ Godzilla.
Bagaimana nasih Letnan Ford? Bisakah Godzilla mengalahkan Muto? Saksikan di
bioskop terdekat di kota kalian!
Untuk kalian yang berharap bahwa film ini akan berisi penuh
dengan adegan hancur-menghancurkan seluruh isi kota,turunkan ekspektasi kalian
sebelum kalian kecewa. Porsi drama di film ini cukup besar,monster-monster
raksaksa pun tak muncul dari awal film ini dimulai. Yang harus penonton lakukan
saat menonton film ini adalah bersabar karena film ini akan diisi dengan drama
yang bertujuan untuk membangun atmosfer,memberikan penjelasan tentang asal-usul
Muto serta sedikit penjelasan tentang Godzilla,dan juga membuat film ini tak
sepenuhnya menjadi film tentang monster. Keseruan dimulai saat Muto benar-benar
muncul dalam wujud yang sebenarnya dan disusul dengan kemunculan Godzilla. Siapkan
diri kalian untuk menikmati sajian special effect yang super dahsyat dengan
sound yang menggelegar.
Special effect merupakan salah satu kekuatan terbesar film
ini. Porak-porandanya beberapa kota karena ulah Muto dan Godzilla digambarkan
dengan ‘indah’. Godzilla tampil dengan begitu sangar dan gahar (dan juga
imut,menurut gue). Di film ini Godzilla muncul sebagai sosok yang baik,seenggaknya
mengubah anggapan gue sejak kecil kalo Godzilla itu bisanya cuma
ngancur-ngancurin kota doang. Sayangnya gue nggak terlalu puas dengan adegan
pertempuran final antara Godzilla melawan Muto. Ups.. spoiler dikit!
Mungkin banyak orang yang akan kecewa berkenaan dengan porsi
drama yang terlalu besar di film ini,selain itu beberapa orang juga kemungkinan
akan berpendapat bahwa kemunculan Godzilla di film ini agak kurang dimaksimalkan.
Tapi itu semua nggak berlaku buat gue,gue pribadi sangat sangat sangat (sangat’nya
tiga kali) suka dengan alur drama yang ditampilkan di film ini. Kemunculan
Godzilla yang nggak terlalu sering,bahkan cenderung sedikit,justru buat gue
adalah sesuatu yang pas. Nggak perlu sering-sering muncul,cukup berapa kali
shoot,meraung ke penonton dengan suara yang menggelegar,itu semua sudah cukup
untuk memberikan ‘kepuasan lahir batin’ buat gue sendiri.
Di departemen akting,Bryan Cranston tampil dengan apik
sebagai seorang ayah sekaligus seorang
suami yang belum merelakan kehilangan istrinya. Sayangnya,pemain-pemain lain
kurang menampilkan performa yang maksimal apabila dibandingkan dengan akting
seorang Bryan Cranston. Aaron Taylor-Johnson,sebagai letnan Ford,sejak awal
kehadirannya menampilkan sesuatu yang ‘lempeng-lempeng wae’. Chemistry’nya
dengan Elizabeth Olsen pun gue rasa kurang maksimal (ditambah lagi fakta kalo
mereka akan tampil sebagai kakak-adik di Avengers 2 bikin gue rada nggak sreg dengan pasangan ini,oke,abaikan!).
Gue sendiri nonton film ini dalam format 3D..... and nothing’s
special. Nggak ada yang menarik terkait dengan format 3D dari film ini. FYI,format
3D film ini cuma hasil convert’an karena film ini di shoot dengan camera 2D
(katanya sih gitu). So,saran gue,save your money dan tonton film ini dalam
format 2D aja.
Walaupun hadir dengan beberapa kelemahan yang telah gue
sebutkan diatas. Godzilla tetaplah menjadi sebuah film yang mengagumkan buat
gue pribadi. Gue datang ke bioskop tanpa ekspektasi yang muluk-muluk,gue cuma
mau liat sesosok mahluk raksaksa yang disebut Godzilla dan ekspektasi gue
berhasil dipenuhi oleh film berdurasi 2 jam lebih sedikit ini. Unsur drama yang
kental dan penampakan Godzilla yang sedemikian sangarnya membuat gue kegirangan
dan tak henti-hentinya tersenyum setelah menonton film ini.
Godzilla. 9,0 of 10.
===========================
Tau nggak bedanya Godzilla sama kamu?
Kalo Godzilla memporak-porandakan dunia
Kalo kamu... memporak porandakan hatikuu...
*kemudian diinjek Godzilla*
Mantep. Tadi malam saya udah nonton Godzilla. Soalnya kalo ditunda, takut keburu ga ditayangin sama NSC Jember.
BalasHapusGodzilla nya keren! Bikin saya sempat melonjak kaget pas muncul dengan raungannya. Kengerian pertarungan monster lebih diperliatkan lewat mimik para warga yg nyaris keinjek.
Good Movie. Aaron Taylor Johnson dan Elizabeth Olsen jadi pasangan muda yg imut banget. Saling mencinta dan saling support ala Habibie & Ainun.
Elizabeth Olsen emang imut banget sih.. *eh
Hapus