Rabu, 14 Mei 2014

Review Film Godzilla

Buat kalian yang seumuran sama gue (FYI,gue lahir tahun ’95 :p),pasti nggak bakalan asing sama monster yang satu ini : Godzilla! Ada yang nggak tau Godzilla? Bukan,bukan browser yang dipake internetan,itu namanya Mozilla. Kalo ditanya apa yang gue ketahui tentang Godzilla,akan muncul secara samar-samar di kepala gue adegan-adegan sebuah film tentang monster raksaksa yang menghancurkan suatu kota,ya udah. Sebelumnya gue nggak pernah nonton film Godzilla secara mendetail,yang gue tahu Godzilla cuma ngancur-ngancurin gedung,gitu doang. Fakta bahwa tahun ini Godzilla muncul kembali di layar lebar membuat gue girang segirang-girangnya (kenapa gue jadi terdengar kayak tante-tante ya?). Gue pun sampe bela-belain nonton di hari pertama pemutarannya di Indonesia demi ngeliat monster yang sukses bikin masa kecil gue diselipi ketakutan kalo Godzilla itu beneran ada. So,gimana pendapat gue tentang film Godzilla ala holywood? Check it out!


Keselamatan umat manusia terancam karena kemunculan sesosok monster raksaksa yang disebut Muto. Ford Brody,seorang letnan Angkatan Laut,harus berjuang untuk memusnahkan Muto dari muka bumi. Namun manusia bukanlah lawan yang seimbang untuk ukuran seekor monster raksaksa. Satu-satunya yang bisa melawan Muto adalah sesosok monster raksaksa lain yang disebut........ Godzilla. Bagaimana nasih Letnan Ford? Bisakah Godzilla mengalahkan Muto? Saksikan di bioskop terdekat di kota kalian!

Untuk kalian yang berharap bahwa film ini akan berisi penuh dengan adegan hancur-menghancurkan seluruh isi kota,turunkan ekspektasi kalian sebelum kalian kecewa. Porsi drama di film ini cukup besar,monster-monster raksaksa pun tak muncul dari awal film ini dimulai. Yang harus penonton lakukan saat menonton film ini adalah bersabar karena film ini akan diisi dengan drama yang bertujuan untuk membangun atmosfer,memberikan penjelasan tentang asal-usul Muto serta sedikit penjelasan tentang Godzilla,dan juga membuat film ini tak sepenuhnya menjadi film tentang monster. Keseruan dimulai saat Muto benar-benar muncul dalam wujud yang sebenarnya dan disusul dengan kemunculan Godzilla. Siapkan diri kalian untuk menikmati sajian special effect yang super dahsyat dengan sound yang menggelegar.

Special effect merupakan salah satu kekuatan terbesar film ini. Porak-porandanya beberapa kota karena ulah Muto dan Godzilla digambarkan dengan ‘indah’. Godzilla tampil dengan begitu sangar dan gahar (dan juga imut,menurut gue). Di film ini Godzilla muncul sebagai sosok yang baik,seenggaknya mengubah anggapan gue sejak kecil kalo Godzilla itu bisanya cuma ngancur-ngancurin kota doang. Sayangnya gue nggak terlalu puas dengan adegan pertempuran final antara Godzilla melawan Muto. Ups.. spoiler dikit!

Mungkin banyak orang yang akan kecewa berkenaan dengan porsi drama yang terlalu besar di film ini,selain itu beberapa orang juga kemungkinan akan berpendapat bahwa kemunculan Godzilla di film ini agak kurang dimaksimalkan. Tapi itu semua nggak berlaku buat gue,gue pribadi sangat sangat sangat (sangat’nya tiga kali) suka dengan alur drama yang ditampilkan di film ini. Kemunculan Godzilla yang nggak terlalu sering,bahkan cenderung sedikit,justru buat gue adalah sesuatu yang pas. Nggak perlu sering-sering muncul,cukup berapa kali shoot,meraung ke penonton dengan suara yang menggelegar,itu semua sudah cukup untuk memberikan ‘kepuasan lahir batin’ buat gue sendiri.

Di departemen akting,Bryan Cranston tampil dengan apik sebagai seorang ayah sekaligus seorang suami yang belum merelakan kehilangan istrinya. Sayangnya,pemain-pemain lain kurang menampilkan performa yang maksimal apabila dibandingkan dengan akting seorang Bryan Cranston. Aaron Taylor-Johnson,sebagai letnan Ford,sejak awal kehadirannya menampilkan sesuatu yang ‘lempeng-lempeng wae’. Chemistry’nya dengan Elizabeth Olsen pun gue rasa kurang maksimal (ditambah lagi fakta kalo mereka akan tampil sebagai kakak-adik di Avengers 2 bikin gue rada nggak sreg dengan pasangan ini,oke,abaikan!).

Gue sendiri nonton film ini dalam format 3D..... and nothing’s special. Nggak ada yang menarik terkait dengan format 3D dari film ini. FYI,format 3D film ini cuma hasil convert’an karena film ini di shoot dengan camera 2D (katanya sih gitu). So,saran gue,save your money dan tonton film ini dalam format 2D aja.

Walaupun hadir dengan beberapa kelemahan yang telah gue sebutkan diatas. Godzilla tetaplah menjadi sebuah film yang mengagumkan buat gue pribadi. Gue datang ke bioskop tanpa ekspektasi yang muluk-muluk,gue cuma mau liat sesosok mahluk raksaksa yang disebut Godzilla dan ekspektasi gue berhasil dipenuhi oleh film berdurasi 2 jam lebih sedikit ini. Unsur drama yang kental dan penampakan Godzilla yang sedemikian sangarnya membuat gue kegirangan dan tak henti-hentinya tersenyum setelah menonton film ini.

Godzilla. 9,0 of 10.

===========================
 
Tau nggak bedanya Godzilla sama kamu?

Kalo Godzilla memporak-porandakan dunia

Kalo kamu... memporak porandakan hatikuu...

*kemudian diinjek Godzilla*

2 komentar:

  1. Mantep. Tadi malam saya udah nonton Godzilla. Soalnya kalo ditunda, takut keburu ga ditayangin sama NSC Jember.

    Godzilla nya keren! Bikin saya sempat melonjak kaget pas muncul dengan raungannya. Kengerian pertarungan monster lebih diperliatkan lewat mimik para warga yg nyaris keinjek.

    Good Movie. Aaron Taylor Johnson dan Elizabeth Olsen jadi pasangan muda yg imut banget. Saling mencinta dan saling support ala Habibie & Ainun.

    BalasHapus

7 Hal Yang Gue Pelajari di Umur 23 Tahun

Happy birthday to me!! Ehe Ehe. Ndak terasa tiba tiba udah 23 tahun aja, perasaan baru tahun kemaren ngerayain ulang tahun yang ke 22. Ehe ...