Baper atau Bawa Perasaan adalah fenomena ganjil yang biasa terjadi dalam
hubungan masa kini. Katanya kalo belum baper berarti belom gaul (entah kata
siapa). Dalam postingan kali ini, gue akan mengupas tuntas soal baper dan serba
serbinya.
Definisi Baper
Baper merupakan singkatan dari Bawa Perasaan, istilah gaul yang digunakan
ketika seseorang mulai membawa perasaannya untuk menghadapi hal-hal tertentu
dalam kehidupan, khususnya kehidupan percintaan. Baper sendiri ada ketika korbannya
mulai membentuk ilusi-ilusi fatamorgana dalam pikirannya tentang
kemungkinan-kemungkinan baik yang bisa terjadi di masa depan dengan mengabaikan
fakta-fakta yang ada. Pusing bacanya? SAMA!
Sebenernya ada baper yang bisa happy ending, kalo ternyata si dia juga
baper trus akhirnya kalian berdua sadar kalo kalian sama-sama baper, trus
jadian. Ya kalo kayak gitu mah gue ngga peduli (paling cuma iri dengki kok
kalian jadian kok gue masih jomblo aja). Yang mau gue bahas di sini adalah
baper yang tidak pada tempatnya, baper yang tidak seharusnya ada.
Definisi baper sesungguhnya tidak jauh dari kata lebay. Baper terjadi
karena korban cenderung melebay-lebaykan keadaan.
Contoh Perilaku Baper
Diceritakan Yoga dan Taylor Swift adalah dua orang yang baru saja bertemu
di halte busway. Malamnya, Taylor mengajak Yoga mampir ke apartemennya. Udara
diluar sangat dingin tapi Taylor malah berganti baju dengan gaun malam yang
memperlihatkan ........... Oke, ini malah jadi cerita apaan, ngawur!
Oke, gue ulang ceritanya, yang lebih sederhana aja deh, jadi dikisahkan ada
Budi dan Ani (terinspirasi dari buku bahasa Indonesia kelas 3 SD), dua orang
ini adalah teman sekelas. Sejak awal semester, Budi dan Ani sudah mulai dekat. Budi
menganggap Ani sebagai sahabat dekatnya. Karena kedekatan itulah, Budi sering
berinteraksi dengan Ani, mulai dari ngobrol di kelas, ngerjain tugas bareng,
BBM-an sampe pagi, dan perbuatan-perbuatan menggelikan lainnya. Ani yang sejak
kecil sering mengonsumsi micin secara
berlebihan pun mulai berpikir yang aneh-aneh, “Ihh.. pasti Budi udah cinta dech
sama akuu.. Jodohkuuu~~”. Padahal di sisi lain, Ani hanya sahabat dekat bagi Budi.
Semakin lama, halusinasi yang dirasakan Ani semakin menjadi-jadi, ketika Budi
dekat dengan orang lain, Ani mulai cemburu. Ketika Budi lupa ngucapin
selamat pagi, Ani mulai bikin status sindiran di BBM. Puncaknya ketika Budi
jadian dengan orang lain, Ani menuduh Budi udah sengaja membohongi dan
menyakiti hatinya. Pertanyaannya : Siapa ibu Budi yang selama ini sering
disebut tapi tidak pernah diungkap jati dirinya? Oke, abaikan.
Yang dilakukan dan dirasakan Ani adalah contoh perilaku Baper. Baper
dikatakan baper ketika korban menggunakan perasaannya secara berlebihan.
Faktanya Budi cuma menganggap Ani sebagai teman, Ani mengabaikan fakta ini dan
mulai membawa perasaannya lebih jauh terseret dalam kepalsuan (ini gue tadi
abis minum apa sih jadi kayak orang mabok gini?).
Cara Menghindari Baper
1. Gunakan logika
Logika adalah koentji. Logika adalah lawan dari perasaan. Ketika kalian
mulai terbawa perasaan, gunakan logika kalian untuk mengamati dan memproses fakta-fakta yang ada. Nanyain “udah makan apa belum” bukan berarti
dia suka sama kita, mungkin ternyata dia pengusaha catering yang lagi butuh
pelanggan. Ngucapin “selamat malem, met tidur ya” bisa berarti dia bosen
chatting sama kita. Sebisa mungkin gunakan defence mechanism, jangan pernah
berharap yang macem-macem kalo si dia belum menunjukan kalo dia suka sama kita.
Selalu pikirkan kemungkinan terburuk, dalam kasus baper-baperan ini, selalu asumsikan
kalau niat dia cuma berteman.
Inti dari paragraf di atas adalah : Otaknya dipake guys!! Itu organ jangan
cuma buat ganjel kepala doang.
2. Tentukan garis pembeda yang jelas antara hanya teman dan lebih dari
teman
Ini yang sering rancu, korban baper kebanyakan susah ngebedain mana yang
cuma temen, mana yang lebih dari temen. Rumit memang. Jaman sekarang, bedain yang
temen sama yang lebih dari temen itu sama susahnya kayak bedain sepatu crocs
yang asli sama yang 20rebuan (itu bisa dibedain ngga sih? gue ngga ngerti).
Kalian harus mulai membuat definisi kalian sendiri soal teman dan lebih
dari teman. Kalo gue pribadi nih ya, yang lebih dari teman itu udah mak serrrrr
dari awal, jadi emang udah ditargetkan baper dari awal. Pun kalo akhirnya ngga
berujung indah, udah gue antisipasi. Temen ya temen, gebetan ya gebetan, pacar
ya pacar. Anak jaman sekarang mah gitu, temen kayak pacar, pacar kayak temen.
Personal clue, bisa dijadikan patokan, bisa tidak : Salah satu tanda kalo
gue suka sama orang adalah ketika gue mulai mengirimkan “Selamat pagi” duluan
sebagai bukti kalo dia adalah satu dari banyak hal pertama yang muncul di
pikiran gue di pagi hari. Karena pada dasarnya, gue ngga bakal menghabiskan
waktu pagi gue yang berharga cuma buat ngucapin selamat pagi ke orang yang
“cuma temen”.
3. Jangan kebanyakan chatting tidak berfaedah
Taukah kalian kalo kebanyakan baper berawal dari chat chat ngga penting
kayak “selamat pagi”/“lagi ngapain?”/”udah makan apa belom?”/ “jangan lupa
sholat ya”/”salam buat mama kamu”, chat-chat menggelikan semacam itulah yang
bisa bikin orang jadi merasa diperhatikan. Setelah merasa diperhatikan, orang
mulai minta lebih. Agar terhindar dari baper, stop menghabiskan waktu dengan
hal-hal tidak berfaedah seperti itu.
Mulai sekarang kalo mau chatting bisa lah dibuka dengan isu-isu yang lebih
penting, kayak “Ihh sahamnya Dow pagi ini anjlok lebih dari 5% loh ” / “Wah, debat GOP kemaren seru ya, kamu dukung
siapa?” / “Kabinet kita mau direshuffle lho, menurut kamu menteri yang bakal
dicopot siapa?”. Ato kalo kalian kurang menguasai isu-isu penting, kalian bisa
memulai percakapan dengan hal-hal yang lebih sederhana kayak “tau ngga? masa di paha aku sekarang ada
bisulnya.”
4. Jangan brengsek
Baper ngga selalu disebabkan oleh hanya satu pihak aja. Ini khusus buat
kalian yang sering bikin orang jadi baper, yang biasanya koar-koar “apaan sih
dia kok baper, padahal akunya biasa aja”. Biasa aja gigi lo gendut! Kalo biasa
aja ya mana mungkin dia baper. Mungkin definisi kalian soal “biasa aja” harus
dirombak ulang. Gue prihatin, jaman sekarang banyak oknum-oknum yang sengaja
bikin orang baper demi kepuasan pribadi, trus apa bedanya kalian sama tukang
bakso yang dikasih formalin?
Ada juga individu-individu yang udah tau si dia baper, bukannya memperjelas
keadaan tapi malah memberikan perhatian yang semakin menjadi-jadi. Pesan gue :
Jika dicintai dan ngga bisa balik mencintai, jangan jadi keparat yang tetap
meladeni hanya karena takut kehilangan penggemar.
5. Sikapi baper dengan bijak
Ini nih, daripada terjebak dalam baper yang ngga jelas. Mending mulai
melakukan maneuver-maneuver yang signifikan. Kalo kalian mulai suka, ya
langsung tunjukin, kalo perlu langung bilang.
Baper itu jangan dinikmati, baper
itu disikapi.
Jangan diem aja trus update status bbm kode-kodean sambil denger
lagu-lagunya Adele, mau sampe menara Eiffel pindah ke Wadaslintang pun si dia
ngga bakal sadar.
Penutup
Baper kadang ngga bisa dihindari, salah satu tameng utama untuk
menghadapinya ya cuma logika. Ketika mulai ada bibit-bibit baper, gunakanlah
logika kalian sebelum terlambat, karena ketika baper sudah masuk ke level kronis,
yang bisa mengakhirinya hanyalah air mata dan keputus-asaan (BUSYET LAH YOG KOE
NGOMONG OPO?).
Remember : Texting all the time, having late night conversation or doing
dinner together DOES NOT mean anything if he/she just treats you as a friend.
High expectations lead to dissappointment. The higher your expectation, the
greater your dissapointment.
When someone is too sweet to you, don’t expect that person will be like
that all the time. Remember, even the sweetest chocolate expires.