Sabtu, 16 Januari 2016

#NSFW : Job Fair dan Celana Rusak

Sekedar informasi, ukuran bagian bawah tubuh gue itu ngga memenuhi standar internasional, baik itu diliat dari diameter pinggul maupun panjang kaki. Hal inilah yang menimbulkan segala kesusahan tiap gue mau beli celana. Kalo pas dipinggul pasti kepanjangan. Giliran panjangnya udah pas, ngga bisa dikancingin. Sedih hati kangmas.

Gue ke Bandung bawa dua celana resmi alias celana bahan, yang satunya agak kegedean, yang satunya kekecilan di pinggang tapi masih bisa dikancingin. Buat job fair kemaren, gue udah prepare mau pake kemeja warna marun trus dimasukin ke celana dan pake sepatu formal. Siangnya, pas sebelum berangkat job fair, gue sempet makan siang dulu di bengkel Om gue. Tau kan ya kalo abis makan diameter perut bakalan nambah. Gue sih santai-santai aja, toh celana gue masih bisa dikancingin. Abis makan, tepat sebelum gue dianterin ke Sabuga, gue beres-beres di toilet dulu, dan bencana pun terjadi ...

Gue bersin.

HHHAAAAAATTTCCHIIIIMMMMM!!!!!

Pengait celana gue lepas!!

Ngga cuma lepas, tapi juga rusak dan ngga bisa dikancingin lagi!

Oh. My. God.

Ada sih celana cadangan yang kegedean, tapi di rumah om Gue, jauh dan ini udah mau berangkat. Nanggung pisan. Risleting celana gue pun turun. Celana gue ngga lagi berfungsi sebagai celana sepenuhnya. Gue cuma bisa mengandalkan sabuk biar itu celana masih bisa nyangkut di pinggul gue. 

Bayangin celana ngga dikancing dan risleting turun, untung gue pake daleman, kalo engga, bisa terbang ...*cencored* *too disturbing to be imagined*. Gue akhirnya ngga jadi masukin kemeja gue. Untungnya lagi kemeja gue bagian bawahnya agak panjang, jadi bagian risleting tertutup sepenuhnya. Gue memutuskan buat dateng job fair dengan risleting celana terbuka lebar.

Bagian paling penting dari dateng ke tempat umum dengan celana rusak adalah : tetap tenang, keep your composure, stay cool dan berlakulah seperti tidak terjadi apa-apa. Beruntung gue tipe orang yang bisa nahan panik di depan orang asing (sebagian dari pencitraan), jadi ya udah, walopun celana kebuka, selama orang ngga tau mah gue fine-fine aja.

Gue udah 3 kali ikut job fair dan job fair yang kemaren sistemnya beda dari yang sebelum-sebelumnya. Job fair kemaren diadain sama Garuda Organizer, sistemnya itu gue registrasi sekaligus ngasih softcopy CV, abis itu gue dikasih barcode. Nah, kalo mau ngelamar di stand perusahaan, gue tinggal ngasih liat barcode gue  trus nanti di-scan, kelar deh. Keren pisan. Sayang perusahaannya yang dateng cuma sedikit, dari sekian banyak gue cuma daftar Indofood, BCA, BCA finance sama Axa Mandiri. Do’ain ya guys semoga ada rejeki gue di salah satu perusahaan ini. Amin.

Balik lagi ke soal celana rusak, selama job fair gue luntang-luntung berkeliaran ke mana-mana dengan risleting terbuka. Sungguh sebuah pencapaian di hidup gue di mana gue bisa stay cool walopun bagian bawah perut gue beresiko buat terekspos secara bebas. Butuh kestabilan emosional (dan sedikit ketidakwarasan) buat ngelakuin hal tersebut.

Bahkan setelah job fair, gue sempet meet up-meet up ganteng (?) sama temen gue yang kuliah di Bandung, sebut saja Andreas. Gue ngobrol panjang lebar sama si Andre, tapi kayanya dia juga ngga sadar kalo celana gue melompong.

Sampe balik ke rumah pun, gue berhasil menutupi keterbukaan celana gue.
Terkait dengan kesuksesan gue kemaren dalam mengatur siasat penyembunyian celana rusak, sebagai penutup, ijinkan gue mempersembahkan sebuah kutipan tentang kesuksesan.

Key of success adalah kunci kesuksesan.

Jumat, 15 Januari 2016

Welcome To Bandung

Sebelum beranjak lebih jauh, gue mau ngasih tau kalian yang belom ngeh : Gue ini lahir di Bandung. Walopun bentuk gue kayak emping mlinjo, tapi gue keluar hidup-hidup dari kandungan Mamake di kota ini. Kelamaan hidup di Wadaslintang membuat pengaruh Bandung gue luntur tak berbekas, ngga heran orang suka melempar fitnah dan kecaman kalo gue bilang gue dari Bandung.

Kemaren gue baru menginjakkan kaki di kota kelahiran gue ini. Berangkat dari Wadaslintang Kamis pagi, trus naek kereta ekonomi Kutojaya Selatan dari Kutoarjo tujuan Kiaracondong. Terakhir gue ke Bandung, harga tiketnya masih Rp 19.500,- , dahsyat! Sama harga pulsa 20ribu, lebih mahal harga pulsanya! (ya iyalah bego!). Sekarang tiketnya jadi Rp 65.000,- , jauh lebih masuk akal

Keretanya sekarang jadi dingin, kebetulan gue dapet seat di bawah AC. Trus ada music-nya juga diputer via speaker, mana lagu yang diputer itu lagu-lagunya Betharia Sonata, dkk (“LIHATLAH TANDA!! MERAH DI PIPI!! BEKAS GAMBAR TANGANMU!!). Oiya, sekarang juga ada fasilitas stop kontaknya juga, jadi buat kalian yang takut hapenya kehabisan (daya) baterai, sekarang ngga perlu khawatir. Yang paling bikin capek itu ya kursinya sih, ngga terlalu nyaman gitu (ya iyalah namanya aja kelas ekonomi), punggung gue sukses tersiksa selama perjalanan.

Sebelum-sebelumnya, gue adalah tipe orang yang bakalan duduk di samping jendela buat liat pemandangan (?) sepanjang jalan, tapi kemaren enggak, gue sibuk ngikutin berita terorisme di Sarinah, Jakarta. Gue jadi inget salah satu episode di “The Newsroom” season pertama ketika ada berita penembakan Osama Bin Laden trus Sloan-Don-Eliott masih di pesawat. Gue jadi ngerasain nyari berita dengan sumber terbatas, memastikan berita yang gue dapet valid, kemudian berbagi berita ke orang di depan gue, sampe ribut di grup WA gara-gara ada berita yang di-share ngga jelas juntrungannya. Practically, that time I reported the news to people and I love it. Wait for 5 years again and I’ll be doing live report in your TV (Amin!).

Gue sampe di Bandung sekitar jam 5 kurang dan gue kesasar. Di Kiaracondong kan ada dua pintu keluar, pintu keluar utama sama pintu kecil di selatan. Gue harusnya keluar lewat pintu keluar utama, tapi karena terbawa arus, gue malah keluar lewat pintu selatan. Pas udah keluar, gue bingung, kok asing banget tempatnya buat gue dan akhirnya gue sadar gue udah salah mengambil jalan. Sempet agak panik sih (di dalem hati, tampilan mah tetep keep composure, sok-sokan cool), mana pintu keluarnya udah ditutup lagi dan gue ngga tau gimana caranya menuju bagian depan stasiun (padahal ternyata tinggal muter, njir). Akhirnya ada malaikat dalam bentuk ibu-ibu dan anaknya, menyelundup masuk ke stasiun lewat pintu kecil (yang ternyata ngga dikunci!) dan gue pun dengan santainya ngikut mereka berdua melanggar peraturan. Siapapun Ibu, makasih ya udah nolongin saya, saya jadi terlepas dari resiko kesasar trus diculik trus dimutilasi trus dagingnya dibuat bikin adonan cakue (emang bikin cakue pake daging?).

Gue dijemput Om gue pake motor. Akhirnya gue merasakan lagi udara perkotaan!!!! Gila ya udah satu bulan lebih nganggur di pedalaman terisolir jauh dari peradaban Wadaslintang, trus kemaren macet-macetan di lampu merah. Ketika liat fly over sama tv-gede-di-pinggir-jalan-yang-nampilin-iklan, gue terharu, gue pengen nangis. :’)

Welcome to Bandung.

P.s. : Kalo ada yang tanya, gue ngapain di Bandung. Jadi gini, gue diusir dari rumah gara-gara kelamaan nganggur dan ngabis-ngabisin persediaan beras di rumah. Engga deng. Hari ini ada job fair di Sabuga Convention Hall, gue mau nyoba ngelamar di sana dan semoga emang rejeki gue di sana. Amin. Do’akan ya guys!

Kamis, 14 Januari 2016

Short Post #1 : Writing and Me

Warning (as you can see in title above) : this will be a short post.

Last week, I published 6 posts on my blog, the most productive week in my blogging history! Well, I got nothing much to do, I spend almost all of my time to look for job opening but there’s still a lot of time when I don’t know what to do (if you have any information about job vacancy that you think will suit me, please contact me immediately).

When I’m doing nothing, my mind will go wandering around, thinking about things, perceiving new ideas about life (emmm.. actually it’s not that serious). I’m not that type of person who can pile up and keep things in my mind. I will always find a way to express it, with either talking or writing it. Obviously, there’s no one here that I can talk with (by saying ‘here’, I mean ‘home’), thank God for not allowing me to keep any brother or sister. I ended up with writing.

At first, my purpose of writing was to spill out what I had inside of my mind. When I got an idea, I could barely hold it for myself. In a time before this time, I didn’t really care whether people would read it or not, I just wanted to release something from my mind. Lately, it’s changed a bit. I’m glad when it turns out that people read what I wrote and even give some responses about it. It really be an honor for me. There’s this happy feeling when people laugh about what I wrote. Lately I really give my attention to what I wrote so people can enjoy what I posted.

A few days ago, I found out that someone wrote a thing that kind of similar with something that I brought up on this blog. It’s about machoness (?) and society’s stereotypes (if you didn’t read it yet, you can read it here). The thing that really made my day is that he quoted something from my blog! Life achievement unlocked : Quoted by another blogger. You can check it here (and I recommend you to read his blog, it’s a cool blog, not to mention that you girls will easily fall for his facial-hair, oh, wait, what did I say again? over praising another man, I should stop doing that thing).

Please expect more from me. I really wish I can continue to write regularly. I remember how some people mocked me for writing “unimportant pieces of junk” (literally translated from “sampah ngga penting”). Well, haters gonna hate hate hate hate hate~~

P.s : Today I’ll go to Bandung, to attend a Job Fair (#UnemploymentDemand). It will be my first time to go there alone. Wish me luck and if I don’t post for very long time in the future, maybe I’m kidnapped on my way there. Thank you.

Jumat, 08 Januari 2016

Tips Menghindari Baper Dalam Hubungan Masa Kini

Baper atau Bawa Perasaan adalah fenomena ganjil yang biasa terjadi dalam hubungan masa kini. Katanya kalo belum baper berarti belom gaul (entah kata siapa). Dalam postingan kali ini, gue akan mengupas tuntas soal baper dan serba serbinya.

Definisi Baper

Baper merupakan singkatan dari Bawa Perasaan, istilah gaul yang digunakan ketika seseorang mulai membawa perasaannya untuk menghadapi hal-hal tertentu dalam kehidupan, khususnya kehidupan percintaan. Baper sendiri ada ketika korbannya mulai membentuk ilusi-ilusi fatamorgana dalam pikirannya tentang kemungkinan-kemungkinan baik yang bisa terjadi di masa depan dengan mengabaikan fakta-fakta yang ada. Pusing bacanya? SAMA!

Sebenernya ada baper yang bisa happy ending, kalo ternyata si dia juga baper trus akhirnya kalian berdua sadar kalo kalian sama-sama baper, trus jadian. Ya kalo kayak gitu mah gue ngga peduli (paling cuma iri dengki kok kalian jadian kok gue masih jomblo aja). Yang mau gue bahas di sini adalah baper yang tidak pada tempatnya, baper yang tidak seharusnya ada.

Definisi baper sesungguhnya tidak jauh dari kata lebay. Baper terjadi karena korban cenderung melebay-lebaykan keadaan.

Contoh Perilaku Baper

Diceritakan Yoga dan Taylor Swift adalah dua orang yang baru saja bertemu di halte busway. Malamnya, Taylor mengajak Yoga mampir ke apartemennya. Udara diluar sangat dingin tapi Taylor malah berganti baju dengan gaun malam yang memperlihatkan ........... Oke, ini malah jadi cerita apaan, ngawur!

Oke, gue ulang ceritanya, yang lebih sederhana aja deh, jadi dikisahkan ada Budi dan Ani (terinspirasi dari buku bahasa Indonesia kelas 3 SD), dua orang ini adalah teman sekelas. Sejak awal semester, Budi dan Ani sudah mulai dekat. Budi menganggap Ani sebagai sahabat dekatnya. Karena kedekatan itulah, Budi sering berinteraksi dengan Ani, mulai dari ngobrol di kelas, ngerjain tugas bareng, BBM-an sampe pagi, dan perbuatan-perbuatan menggelikan lainnya. Ani yang sejak kecil sering mengonsumsi micin  secara berlebihan pun mulai berpikir yang aneh-aneh, “Ihh.. pasti Budi udah cinta dech sama akuu.. Jodohkuuu~~”. Padahal di sisi lain, Ani hanya sahabat dekat bagi Budi. Semakin lama, halusinasi yang dirasakan Ani semakin menjadi-jadi, ketika Budi dekat dengan orang lain, Ani mulai cemburu. Ketika Budi lupa ngucapin selamat pagi, Ani mulai bikin status sindiran di BBM. Puncaknya ketika Budi jadian dengan orang lain, Ani menuduh Budi udah sengaja membohongi dan menyakiti hatinya. Pertanyaannya : Siapa ibu Budi yang selama ini sering disebut tapi tidak pernah diungkap jati dirinya? Oke, abaikan.

Yang dilakukan dan dirasakan Ani adalah contoh perilaku Baper. Baper dikatakan baper ketika korban menggunakan perasaannya secara berlebihan. Faktanya Budi cuma menganggap Ani sebagai teman, Ani mengabaikan fakta ini dan mulai membawa perasaannya lebih jauh terseret dalam kepalsuan (ini gue tadi abis minum apa sih jadi kayak orang mabok gini?).

Cara Menghindari Baper

1. Gunakan logika
Logika adalah koentji. Logika adalah lawan dari perasaan. Ketika kalian mulai terbawa perasaan, gunakan logika kalian untuk mengamati  dan memproses fakta-fakta yang ada.  Nanyain “udah makan apa belum” bukan berarti dia suka sama kita, mungkin ternyata dia pengusaha catering yang lagi butuh pelanggan. Ngucapin “selamat malem, met tidur ya” bisa berarti dia bosen chatting sama kita. Sebisa mungkin gunakan defence mechanism, jangan pernah berharap yang macem-macem kalo si dia belum menunjukan kalo dia suka sama kita. Selalu pikirkan kemungkinan terburuk, dalam kasus baper-baperan ini, selalu asumsikan kalau  niat dia cuma berteman.

Inti dari paragraf di atas adalah : Otaknya dipake guys!! Itu organ jangan cuma buat ganjel kepala doang.

2. Tentukan garis pembeda yang jelas antara hanya teman dan lebih dari teman
Ini yang sering rancu, korban baper kebanyakan susah ngebedain mana yang cuma temen, mana yang lebih dari temen. Rumit memang. Jaman sekarang, bedain yang temen sama yang lebih dari temen itu sama susahnya kayak bedain sepatu crocs yang asli sama yang 20rebuan (itu bisa dibedain ngga sih? gue ngga ngerti). 

Kalian harus mulai membuat definisi kalian sendiri soal teman dan lebih dari teman. Kalo gue pribadi nih ya, yang lebih dari teman itu udah mak serrrrr dari awal, jadi emang udah ditargetkan baper dari awal. Pun kalo akhirnya ngga berujung indah, udah gue antisipasi. Temen ya temen, gebetan ya gebetan, pacar ya pacar. Anak jaman sekarang mah gitu, temen kayak pacar, pacar kayak temen.

Personal clue, bisa dijadikan patokan, bisa tidak : Salah satu tanda kalo gue suka sama orang adalah ketika gue mulai mengirimkan “Selamat pagi” duluan sebagai bukti kalo dia adalah satu dari banyak hal pertama yang muncul di pikiran gue di pagi hari. Karena pada dasarnya, gue ngga bakal menghabiskan waktu pagi gue yang berharga cuma buat ngucapin selamat pagi ke orang yang “cuma temen”.

3. Jangan kebanyakan chatting tidak berfaedah
Taukah kalian kalo kebanyakan baper berawal dari chat chat ngga penting kayak “selamat pagi”/“lagi ngapain?”/”udah makan apa belom?”/ “jangan lupa sholat ya”/”salam buat mama kamu”, chat-chat menggelikan semacam itulah yang bisa bikin orang jadi merasa diperhatikan. Setelah merasa diperhatikan, orang mulai minta lebih. Agar terhindar dari baper, stop menghabiskan waktu dengan hal-hal tidak berfaedah seperti itu.

Mulai sekarang kalo mau chatting bisa lah dibuka dengan isu-isu yang lebih penting, kayak “Ihh sahamnya Dow pagi ini anjlok lebih dari 5% loh ” /  “Wah, debat GOP kemaren seru ya, kamu dukung siapa?” / “Kabinet kita mau direshuffle lho, menurut kamu menteri yang bakal dicopot siapa?”. Ato kalo kalian kurang menguasai isu-isu penting, kalian bisa memulai percakapan dengan hal-hal yang lebih sederhana kayak  “tau ngga? masa di paha aku sekarang ada bisulnya.”

4. Jangan brengsek
Baper ngga selalu disebabkan oleh hanya satu pihak aja. Ini khusus buat kalian yang sering bikin orang jadi baper, yang biasanya koar-koar “apaan sih dia kok baper, padahal akunya biasa aja”. Biasa aja gigi lo gendut! Kalo biasa aja ya mana mungkin dia baper. Mungkin definisi kalian soal “biasa aja” harus dirombak ulang. Gue prihatin, jaman sekarang banyak oknum-oknum yang sengaja bikin orang baper demi kepuasan pribadi, trus apa bedanya kalian sama tukang bakso yang dikasih formalin? 

Ada juga individu-individu yang udah tau si dia baper, bukannya memperjelas keadaan tapi malah memberikan perhatian yang semakin menjadi-jadi. Pesan gue :
Jika dicintai dan ngga bisa balik mencintai, jangan jadi keparat yang tetap meladeni hanya karena takut kehilangan penggemar.

5. Sikapi baper dengan bijak
Ini nih, daripada terjebak dalam baper yang ngga jelas. Mending mulai melakukan maneuver-maneuver yang signifikan. Kalo kalian mulai suka, ya langsung tunjukin, kalo perlu langung bilang.
Baper itu jangan dinikmati, baper itu disikapi.
Jangan diem aja trus update status bbm kode-kodean sambil denger lagu-lagunya Adele, mau sampe menara Eiffel pindah ke Wadaslintang pun si dia ngga bakal sadar.

Penutup

Baper kadang ngga bisa dihindari, salah satu tameng utama untuk menghadapinya ya cuma logika. Ketika mulai ada bibit-bibit baper, gunakanlah logika kalian sebelum terlambat, karena ketika baper sudah masuk ke level kronis, yang bisa mengakhirinya hanyalah air mata dan keputus-asaan (BUSYET LAH YOG KOE NGOMONG OPO?).

Remember : Texting all the time, having late night conversation or doing dinner together DOES NOT mean anything if he/she just treats you as a friend. High expectations lead to dissappointment. The higher your expectation, the greater your dissapointment.
When someone is too sweet to you, don’t expect that person will be like that all the time. Remember, even the sweetest chocolate expires.

7 Hal Yang Gue Pelajari di Umur 23 Tahun

Happy birthday to me!! Ehe Ehe. Ndak terasa tiba tiba udah 23 tahun aja, perasaan baru tahun kemaren ngerayain ulang tahun yang ke 22. Ehe ...