Sering ngga sih kalian berhadapan sama stereotype yang beredar di
masyarakat? Like, “Ihh, mahasiswa ya? Sering demo dong?” ato “Loh, kamu orang
India ya? Pasti suka joged...”. Stereotype kurang lebih adalah
pandangan/gambaran/gagasan tentang sesuatu yang diyakini oleh banyak orang
walaupun ngga sepenuhnya benar. Gue sendiri juga sering menghadapi stereotype,
yang paling sering soal tempat kelahiran,
(X = orang-orang, Y = gue)
X : “Kamu lahir di mana si Yog?”
Y : “Bandung...”
X : “Ah, masa? yang bener?”
Y : “Iyaa..”
X : “Yakin?”
Y : “Kenapa sih?”
X : “Kamu lahir di Bandung tapi kok jelek / item / dekil / ndeso (coret
yang tidak perlu) ...”
Y : (menahan diri untuk tidak menggigit orang tersebut hidup-hidup)
Mereka mikirnya kalo orang Bandung itu ganteng, cantik, putih, lucu dan
semacamnya. Gue walaupun lahir di Bandung tapi muka gue kayak cakue gosong,
orang-orang pun ragu kalo gue emang lahir di sana. Begitulah cara kerja
stereotype.
Kali ini gue akan membahas stereotype yang mengelilingi anak teknik kimia. Sebagai
(mantan) mahasiswa teknik kimia, gue sering mendapat pertanyaan-pertanyaan yang
kadang bikin gemes. Di sinilah gue akan mencoba untuk mengklarifikasi hal-hal
tersebut agar tidak terjadi kesalah pahaman yang berkelanjutan. Dari
stereotype-stereotype yang ada, sebenernya ada beberapa yang emang bener dan
beberapa yang kurang tepat. Mau tau apa aja? Check it out!
1. Diajarin bikin bom
“Oh, kamu anak teknik kimia? Belajar bikin bom dong? Wah, bisa jadi teroris nih ...”
Gue udah beberapa kali dapet pertanyaan di atas. Buset dah ya, gue nepok
nyamuk aja kadang ngga tega apalagi jadi teroris. FYI, ngga pernah ada mata
kuliah “How To Make Effetive Bomb for Terrorism” di teknik kimia, yang ada gue
diajarin bagaimana menghindari terjadinya ledakan-ledakan yang ngga diinginkan.
Kalo mau bikin bom, ngga usah diajarin
juga ngerti sendiri, tinggal ke lab, cari bahan kimia yang sifatnya explosive,
kasih api, meledak deh! (don’t try this anywhere! Unless you’re an annoying
person who deserves to be blown up because your own stupidity).
2. Hafal Sistem Periodik Unsur (SPU)
“Anak teknik kimia ya? Apal SPU dong?”
Mentang-mentang ada “kimia”-nya trus anak teknik kimia harus apal semua
unsur yang ada di dunia gitu? Gue inget pas awal-awal kuliah, salah satu dosen
gue pernah berkata “Kalian ngga perlu apal SPU, cukup tau unsur-unsur yang
penting aja.”. Di tabel sistem periodik unsur, ada 114 unsur (+4 unsur baru
yang baru ditambahin ngga lama ini) dan setelah gue mencoba menguji diri gue
sendiri, gue cuma tau sekitar 40-50’an unsur dari sekian banyak unsur yang ada,
itu pun cuma namanya, ngga sama berat molekulnya. Ini gue yang gagal jadi
mahasiswa teknik kimia apa gimana sih? Tapi kayaknya temen-temen gue juga ngga
tau-tau amat. Entahlah.
3. Ngerti semua komposisi bahan kimia yang ada
“Anak teknik kimia ya? Wah, tau komposisi buat bikin odol dong?”
Ngga cuma odol sih (gue juga ngga tau kenapa nyebut odol buat jadi contoh,
kalsium karbonat ngga sih?), orang-orang curiga kalo anak teknik kimia tau
semua bahan baku dari bahan-bahan yang ada di kehidupan sehari-hari. Sebenernya
ini ngga teknik kimia juga harusnya tau yang umum-umum sih, kayak kertas
bikinnya dari kayu, bensin bikinnya dari minyak bumi, dsb. Anak teknik kimia
paling tau sedikit lebih banyak, kayak hand sanitizer dari alkohol (ini pun
semua orang tau kan ya?) trus alkohol bisa dibuat dari fermentasi/gasifikasi,
balsem dari metil salisilat (dan metil salisilat bikinnya dari reaksi metanol
sama asam salisilat, ini anak SMA-IPA juga harusnya tau), mentega dari lemak
hewan, margarin dari lemak nabati, plastik dari minyak, cuka dari asam asetat
dan asam asetat dari fermentasi/metanol/asetaldehid, sabun dari minyak ditambah
basa, dsb (re: “dsb” ini adalah sebuah bentuk keterbatasan penulis, mohon
dimaafkan) (setelah dipikir-pikir, semua yang gue sebutin di atas itu pernah
dibahas di pelajaran Kimia pas SMA ngga sih? Trus spesialnya teknik kimia di
mana ya...) . Yang perlu digarisbawahi, anak teknik kimia bukan google, jadi
ngga semua yang ada di kehidupan sehari-hari kami tahu asal mulanya.
4. Belajar kimia mulu
“Anak teknik kimia ya? Belajar kimia terus dong?”
Kalo gitu, bedanya sama kimia murni apa dong? Ini perlu diklarifikasi,
jadi, teknik kimia ngga melulu soal kimia. Iya, kimia itu dasar kami untuk
melakukan teknik atau rekayasa (ini apa sih gue sok serius banget), tapi kami lebih
banyak “main” di fisika dan matematika. Why? Ya karena “teknik kimia” bukan
“kimia”.
5. Gajinya pasti gede
“Anak teknik kimia ya? Lulus-lulus gajinya pasti gede nih”
Gaji setelah lulus is overrated. Ya kalo masuknya perusahaan multinesyenel
yang bergerak di bidang pertambangan sih ngga heran kalo gajinya gede, tapi kan
ngga semua bernasib seberuntung itu. Banyak kok yang emang harus mulai dari
gaji kecil, namanya juga fresh graduate, tapi dari pengamatan gue ya, kalo
emang menekuni bidang teknik kimia, lama-lama gajinya bakal gede beneran kok
(eh, tapi bukannya semua juga gitu ya?).
6. Pengen kerja di Pertamina
“Anak teknik kimia ya? Abis lulus pasti daftar Pertamina dong?”
Iya sih, hampir semua anak teknik kimia pengen kerja di Pertamina. Ya siapa
sih yang bakal nolak kalo dikasih kerjaan di sana. Tapi ada beberapa orang yang
punya passion lain, kayak jadi dosen, atau kerja di bank gara-gara ngga suka
panas-panasan. Ada kok, Ada.
Itulah stereotype-stereotype yang biasa mengelilingi anak teknik kimia.
Semoga postingan ini bisa memberi pencerahan (atau malah kesesatan?) bagi
kalian. Kalo ada yang mau ditanya-tanyain lagi soal teknik kimia, khususnya buat
dedek-dedek yang mau kuliah di teknik kimia tapi masih hilang arah, bisa kirim
komentar langsung di sini atau mention twitter gue di @yogaramadhan_ (HALAH YOGA BISA AE!).
Okay, thank you for reading, see you in next post.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar