Kamis, 07 Januari 2016

Stereotype Anak Teknik Kimia

Sering ngga sih kalian berhadapan sama stereotype yang beredar di masyarakat? Like, “Ihh, mahasiswa ya? Sering demo dong?” ato “Loh, kamu orang India ya? Pasti suka joged...”. Stereotype kurang lebih adalah pandangan/gambaran/gagasan tentang sesuatu yang diyakini oleh banyak orang walaupun ngga sepenuhnya benar. Gue sendiri juga sering menghadapi stereotype, yang paling sering soal tempat kelahiran,

(X = orang-orang, Y = gue)
X : “Kamu lahir di mana si Yog?”
Y : “Bandung...”
X : “Ah, masa? yang bener?”
Y : “Iyaa..”
X : “Yakin?”
Y : “Kenapa sih?”
X : “Kamu lahir di Bandung tapi kok jelek / item / dekil / ndeso (coret yang tidak perlu) ...”
Y : (menahan diri untuk tidak menggigit orang tersebut hidup-hidup)

Mereka mikirnya kalo orang Bandung itu ganteng, cantik, putih, lucu dan semacamnya. Gue walaupun lahir di Bandung tapi muka gue kayak cakue gosong, orang-orang pun ragu kalo gue emang lahir di sana. Begitulah cara kerja stereotype. 

Kali ini gue akan membahas stereotype yang mengelilingi anak teknik kimia. Sebagai (mantan) mahasiswa teknik kimia, gue sering mendapat pertanyaan-pertanyaan yang kadang bikin gemes. Di sinilah gue akan mencoba untuk mengklarifikasi hal-hal tersebut agar tidak terjadi kesalah pahaman yang berkelanjutan. Dari stereotype-stereotype yang ada, sebenernya ada beberapa yang emang bener dan beberapa yang kurang tepat. Mau tau apa aja? Check it out!

1. Diajarin bikin bom


“Oh, kamu anak teknik kimia? Belajar bikin bom dong? Wah, bisa jadi teroris nih ...”
Gue udah beberapa kali dapet pertanyaan di atas. Buset dah ya, gue nepok nyamuk aja kadang ngga tega apalagi jadi teroris. FYI, ngga pernah ada mata kuliah “How To Make Effetive Bomb for Terrorism” di teknik kimia, yang ada gue diajarin bagaimana menghindari terjadinya ledakan-ledakan yang ngga diinginkan.  Kalo mau bikin bom, ngga usah diajarin juga ngerti sendiri, tinggal ke lab, cari bahan kimia yang sifatnya explosive, kasih api, meledak deh! (don’t try this anywhere! Unless you’re an annoying person who deserves to be blown up because your own stupidity).

2. Hafal Sistem Periodik Unsur (SPU)


“Anak teknik kimia ya? Apal SPU dong?”
Mentang-mentang ada “kimia”-nya trus anak teknik kimia harus apal semua unsur yang ada di dunia gitu? Gue inget pas awal-awal kuliah, salah satu dosen gue pernah berkata “Kalian ngga perlu apal SPU, cukup tau unsur-unsur yang penting aja.”. Di tabel sistem periodik unsur, ada 114 unsur (+4 unsur baru yang baru ditambahin ngga lama ini) dan setelah gue mencoba menguji diri gue sendiri, gue cuma tau sekitar 40-50’an unsur dari sekian banyak unsur yang ada, itu pun cuma namanya, ngga sama berat molekulnya. Ini gue yang gagal jadi mahasiswa teknik kimia apa gimana sih? Tapi kayaknya temen-temen gue juga ngga tau-tau amat. Entahlah.

3. Ngerti semua komposisi bahan kimia yang ada


“Anak teknik kimia ya? Wah, tau komposisi buat bikin odol dong?”
Ngga cuma odol sih (gue juga ngga tau kenapa nyebut odol buat jadi contoh, kalsium karbonat ngga sih?), orang-orang curiga kalo anak teknik kimia tau semua bahan baku dari bahan-bahan yang ada di kehidupan sehari-hari. Sebenernya ini ngga teknik kimia juga harusnya tau yang umum-umum sih, kayak kertas bikinnya dari kayu, bensin bikinnya dari minyak bumi, dsb. Anak teknik kimia paling tau sedikit lebih banyak, kayak hand sanitizer dari alkohol (ini pun semua orang tau kan ya?) trus alkohol bisa dibuat dari fermentasi/gasifikasi, balsem dari metil salisilat (dan metil salisilat bikinnya dari reaksi metanol sama asam salisilat, ini anak SMA-IPA juga harusnya tau), mentega dari lemak hewan, margarin dari lemak nabati, plastik dari minyak, cuka dari asam asetat dan asam asetat dari fermentasi/metanol/asetaldehid, sabun dari minyak ditambah basa, dsb (re: “dsb” ini adalah sebuah bentuk keterbatasan penulis, mohon dimaafkan) (setelah dipikir-pikir, semua yang gue sebutin di atas itu pernah dibahas di pelajaran Kimia pas SMA ngga sih? Trus spesialnya teknik kimia di mana ya...) . Yang perlu digarisbawahi, anak teknik kimia bukan google, jadi ngga semua yang ada di kehidupan sehari-hari kami tahu asal mulanya. 

4. Belajar kimia mulu


“Anak teknik kimia ya? Belajar kimia terus dong?”
Kalo gitu, bedanya sama kimia murni apa dong? Ini perlu diklarifikasi, jadi, teknik kimia ngga melulu soal kimia. Iya, kimia itu dasar kami untuk melakukan teknik atau rekayasa (ini apa sih gue sok serius banget), tapi kami lebih banyak “main” di fisika dan matematika. Why? Ya karena “teknik kimia” bukan “kimia”.

5. Gajinya pasti gede

“Anak teknik kimia ya? Lulus-lulus gajinya pasti gede nih”
Gaji setelah lulus is overrated. Ya kalo masuknya perusahaan multinesyenel yang bergerak di bidang pertambangan sih ngga heran kalo gajinya gede, tapi kan ngga semua bernasib seberuntung itu. Banyak kok yang emang harus mulai dari gaji kecil, namanya juga fresh graduate, tapi dari pengamatan gue ya, kalo emang menekuni bidang teknik kimia, lama-lama gajinya bakal gede beneran kok (eh, tapi bukannya semua juga gitu ya?).

6. Pengen kerja di Pertamina

“Anak teknik kimia ya? Abis lulus pasti daftar Pertamina dong?”
Iya sih, hampir semua anak teknik kimia pengen kerja di Pertamina. Ya siapa sih yang bakal nolak kalo dikasih kerjaan di sana. Tapi ada beberapa orang yang punya passion lain, kayak jadi dosen, atau kerja di bank gara-gara ngga suka panas-panasan. Ada kok, Ada.

Itulah stereotype-stereotype yang biasa mengelilingi anak teknik kimia. Semoga postingan ini bisa memberi pencerahan (atau malah kesesatan?) bagi kalian. Kalo ada yang mau ditanya-tanyain lagi soal teknik kimia, khususnya buat dedek-dedek yang mau kuliah di teknik kimia tapi masih hilang arah, bisa kirim komentar langsung di sini atau mention twitter gue di @yogaramadhan_  (HALAH YOGA BISA AE!).

Okay, thank you for reading, see you in next post.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

7 Hal Yang Gue Pelajari di Umur 23 Tahun

Happy birthday to me!! Ehe Ehe. Ndak terasa tiba tiba udah 23 tahun aja, perasaan baru tahun kemaren ngerayain ulang tahun yang ke 22. Ehe ...