Jumat, 08 Januari 2016

Tips Menghindari Baper Dalam Hubungan Masa Kini

Baper atau Bawa Perasaan adalah fenomena ganjil yang biasa terjadi dalam hubungan masa kini. Katanya kalo belum baper berarti belom gaul (entah kata siapa). Dalam postingan kali ini, gue akan mengupas tuntas soal baper dan serba serbinya.

Definisi Baper

Baper merupakan singkatan dari Bawa Perasaan, istilah gaul yang digunakan ketika seseorang mulai membawa perasaannya untuk menghadapi hal-hal tertentu dalam kehidupan, khususnya kehidupan percintaan. Baper sendiri ada ketika korbannya mulai membentuk ilusi-ilusi fatamorgana dalam pikirannya tentang kemungkinan-kemungkinan baik yang bisa terjadi di masa depan dengan mengabaikan fakta-fakta yang ada. Pusing bacanya? SAMA!

Sebenernya ada baper yang bisa happy ending, kalo ternyata si dia juga baper trus akhirnya kalian berdua sadar kalo kalian sama-sama baper, trus jadian. Ya kalo kayak gitu mah gue ngga peduli (paling cuma iri dengki kok kalian jadian kok gue masih jomblo aja). Yang mau gue bahas di sini adalah baper yang tidak pada tempatnya, baper yang tidak seharusnya ada.

Definisi baper sesungguhnya tidak jauh dari kata lebay. Baper terjadi karena korban cenderung melebay-lebaykan keadaan.

Contoh Perilaku Baper

Diceritakan Yoga dan Taylor Swift adalah dua orang yang baru saja bertemu di halte busway. Malamnya, Taylor mengajak Yoga mampir ke apartemennya. Udara diluar sangat dingin tapi Taylor malah berganti baju dengan gaun malam yang memperlihatkan ........... Oke, ini malah jadi cerita apaan, ngawur!

Oke, gue ulang ceritanya, yang lebih sederhana aja deh, jadi dikisahkan ada Budi dan Ani (terinspirasi dari buku bahasa Indonesia kelas 3 SD), dua orang ini adalah teman sekelas. Sejak awal semester, Budi dan Ani sudah mulai dekat. Budi menganggap Ani sebagai sahabat dekatnya. Karena kedekatan itulah, Budi sering berinteraksi dengan Ani, mulai dari ngobrol di kelas, ngerjain tugas bareng, BBM-an sampe pagi, dan perbuatan-perbuatan menggelikan lainnya. Ani yang sejak kecil sering mengonsumsi micin  secara berlebihan pun mulai berpikir yang aneh-aneh, “Ihh.. pasti Budi udah cinta dech sama akuu.. Jodohkuuu~~”. Padahal di sisi lain, Ani hanya sahabat dekat bagi Budi. Semakin lama, halusinasi yang dirasakan Ani semakin menjadi-jadi, ketika Budi dekat dengan orang lain, Ani mulai cemburu. Ketika Budi lupa ngucapin selamat pagi, Ani mulai bikin status sindiran di BBM. Puncaknya ketika Budi jadian dengan orang lain, Ani menuduh Budi udah sengaja membohongi dan menyakiti hatinya. Pertanyaannya : Siapa ibu Budi yang selama ini sering disebut tapi tidak pernah diungkap jati dirinya? Oke, abaikan.

Yang dilakukan dan dirasakan Ani adalah contoh perilaku Baper. Baper dikatakan baper ketika korban menggunakan perasaannya secara berlebihan. Faktanya Budi cuma menganggap Ani sebagai teman, Ani mengabaikan fakta ini dan mulai membawa perasaannya lebih jauh terseret dalam kepalsuan (ini gue tadi abis minum apa sih jadi kayak orang mabok gini?).

Cara Menghindari Baper

1. Gunakan logika
Logika adalah koentji. Logika adalah lawan dari perasaan. Ketika kalian mulai terbawa perasaan, gunakan logika kalian untuk mengamati  dan memproses fakta-fakta yang ada.  Nanyain “udah makan apa belum” bukan berarti dia suka sama kita, mungkin ternyata dia pengusaha catering yang lagi butuh pelanggan. Ngucapin “selamat malem, met tidur ya” bisa berarti dia bosen chatting sama kita. Sebisa mungkin gunakan defence mechanism, jangan pernah berharap yang macem-macem kalo si dia belum menunjukan kalo dia suka sama kita. Selalu pikirkan kemungkinan terburuk, dalam kasus baper-baperan ini, selalu asumsikan kalau  niat dia cuma berteman.

Inti dari paragraf di atas adalah : Otaknya dipake guys!! Itu organ jangan cuma buat ganjel kepala doang.

2. Tentukan garis pembeda yang jelas antara hanya teman dan lebih dari teman
Ini yang sering rancu, korban baper kebanyakan susah ngebedain mana yang cuma temen, mana yang lebih dari temen. Rumit memang. Jaman sekarang, bedain yang temen sama yang lebih dari temen itu sama susahnya kayak bedain sepatu crocs yang asli sama yang 20rebuan (itu bisa dibedain ngga sih? gue ngga ngerti). 

Kalian harus mulai membuat definisi kalian sendiri soal teman dan lebih dari teman. Kalo gue pribadi nih ya, yang lebih dari teman itu udah mak serrrrr dari awal, jadi emang udah ditargetkan baper dari awal. Pun kalo akhirnya ngga berujung indah, udah gue antisipasi. Temen ya temen, gebetan ya gebetan, pacar ya pacar. Anak jaman sekarang mah gitu, temen kayak pacar, pacar kayak temen.

Personal clue, bisa dijadikan patokan, bisa tidak : Salah satu tanda kalo gue suka sama orang adalah ketika gue mulai mengirimkan “Selamat pagi” duluan sebagai bukti kalo dia adalah satu dari banyak hal pertama yang muncul di pikiran gue di pagi hari. Karena pada dasarnya, gue ngga bakal menghabiskan waktu pagi gue yang berharga cuma buat ngucapin selamat pagi ke orang yang “cuma temen”.

3. Jangan kebanyakan chatting tidak berfaedah
Taukah kalian kalo kebanyakan baper berawal dari chat chat ngga penting kayak “selamat pagi”/“lagi ngapain?”/”udah makan apa belom?”/ “jangan lupa sholat ya”/”salam buat mama kamu”, chat-chat menggelikan semacam itulah yang bisa bikin orang jadi merasa diperhatikan. Setelah merasa diperhatikan, orang mulai minta lebih. Agar terhindar dari baper, stop menghabiskan waktu dengan hal-hal tidak berfaedah seperti itu.

Mulai sekarang kalo mau chatting bisa lah dibuka dengan isu-isu yang lebih penting, kayak “Ihh sahamnya Dow pagi ini anjlok lebih dari 5% loh ” /  “Wah, debat GOP kemaren seru ya, kamu dukung siapa?” / “Kabinet kita mau direshuffle lho, menurut kamu menteri yang bakal dicopot siapa?”. Ato kalo kalian kurang menguasai isu-isu penting, kalian bisa memulai percakapan dengan hal-hal yang lebih sederhana kayak  “tau ngga? masa di paha aku sekarang ada bisulnya.”

4. Jangan brengsek
Baper ngga selalu disebabkan oleh hanya satu pihak aja. Ini khusus buat kalian yang sering bikin orang jadi baper, yang biasanya koar-koar “apaan sih dia kok baper, padahal akunya biasa aja”. Biasa aja gigi lo gendut! Kalo biasa aja ya mana mungkin dia baper. Mungkin definisi kalian soal “biasa aja” harus dirombak ulang. Gue prihatin, jaman sekarang banyak oknum-oknum yang sengaja bikin orang baper demi kepuasan pribadi, trus apa bedanya kalian sama tukang bakso yang dikasih formalin? 

Ada juga individu-individu yang udah tau si dia baper, bukannya memperjelas keadaan tapi malah memberikan perhatian yang semakin menjadi-jadi. Pesan gue :
Jika dicintai dan ngga bisa balik mencintai, jangan jadi keparat yang tetap meladeni hanya karena takut kehilangan penggemar.

5. Sikapi baper dengan bijak
Ini nih, daripada terjebak dalam baper yang ngga jelas. Mending mulai melakukan maneuver-maneuver yang signifikan. Kalo kalian mulai suka, ya langsung tunjukin, kalo perlu langung bilang.
Baper itu jangan dinikmati, baper itu disikapi.
Jangan diem aja trus update status bbm kode-kodean sambil denger lagu-lagunya Adele, mau sampe menara Eiffel pindah ke Wadaslintang pun si dia ngga bakal sadar.

Penutup

Baper kadang ngga bisa dihindari, salah satu tameng utama untuk menghadapinya ya cuma logika. Ketika mulai ada bibit-bibit baper, gunakanlah logika kalian sebelum terlambat, karena ketika baper sudah masuk ke level kronis, yang bisa mengakhirinya hanyalah air mata dan keputus-asaan (BUSYET LAH YOG KOE NGOMONG OPO?).

Remember : Texting all the time, having late night conversation or doing dinner together DOES NOT mean anything if he/she just treats you as a friend. High expectations lead to dissappointment. The higher your expectation, the greater your dissapointment.
When someone is too sweet to you, don’t expect that person will be like that all the time. Remember, even the sweetest chocolate expires.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

7 Hal Yang Gue Pelajari di Umur 23 Tahun

Happy birthday to me!! Ehe Ehe. Ndak terasa tiba tiba udah 23 tahun aja, perasaan baru tahun kemaren ngerayain ulang tahun yang ke 22. Ehe ...