Beberapa bulan yang lalu gue nonton trailer film
Transcendence dan gue tercengang. Kayaknya bakalan bagus nih film,full action
gitu. Tapi setelah filmnya rilis,gue buka rottentomatoes,ratingnya cuma 24%
(dan sekarang udah jadi 19%),suram sesuram-suramnya. Perasaan kok trailernya bagus
ya? Tapi kok ratingnya memprihatinkan gitu? Berawal dari rasa penasaran
itulah,gue memberanikan diri dan meneguhkan hati buat nonton film ini di
bioskop.
Transcendence bercerita tentang Will Caster yang sedang
berusaha menciptakan ‘Tuhan’ baru. Dia dan istrinya,Evelyn Caster,mencoba
menciptakan sebuah AI (Artificial Intelligent) yang lebih cerdas dari manusia
dan bisa membawa bumi ke arah yang lebih baik. Di sisi lain,ada sekelompok
orang yang tidak setuju dengan penciptaan teknologi tersebut. Sebelum AI
buatannya selesai dibuat,Dr. Will ditembak oleh kelompok anti-teknologi. Evelyn
mencoba menyelematkan suaminya,dia mengubah isi pikiran suaminya menjadi sebuah
AI baru. Usaha evelyn berhasil,Dr. Will hidup kembali dalam bentuk AI. Namun,kembalinya
Dr. Will membawa bencana baru yang mengancam kelangsungan hidup umat manusia di
bumi. Apakah yang terjadi selanjutnya? Tonton dheweeeeee..
Don’t judge the movie by it’s trailer. Itu berlaku banget
buat film ini,di trailernya,film ini keliatan full action gitu,kayaknya bakalan
banyak jedar-jeder-jedor. Tapi ternyata? Jauh dari ekspektasi gue.
Jedar-jedornya cuma sedikit doang. Film ini lebih menitikberatkan pengembangan
cerita dan sayangnya,menurut gue ceritanya terlalu bertele-tele dan gitu-gitu
doang,nggak bikin wow. Okelah,ide dasarnya gue suka,tapi kok pas ditonton
agak bikin ngantuk ya?
Kalo diliat dari sisi drama,film ini juga kurang nampol. Mau
romantis,tapi kok nanggung. Harusnya film ini bisa meniru kesuksesan ‘Her’
dalam menggambarkan hubungan manusia dengan AI. Tapi yang ditampilkan di film
ini adalah interaksi antara Evelyn dan Dr. Will yang menurut gue agak kaku. Gue
nggak dapet feelnya.
Jajaran pemain yang harusnya oke banget juga enggak
membantu. Johny Depp dan Morgan Freeman seharusnya bisa membawa film ini jadi
lebih baik. Tapi ternyata (lagi-lagi) cuma gitu-gitu doang. Apa cuma perasaan
gue doang kalo aktingnya Johny Depp di film ini lempeng banget? Apa gara-gara
tadi malem gue baru aja nonton dia jadi Mad Hatter yang ekspresinya over-lebay?
Entahlah. Persepsi orang beda-beda,tapi dari sudut pandang gue sih gitu. Buat
fans’nya om Johny,maap maap ya.
Tapi dibalik semua hujatan-hujatan gue diatas,gue pribadi
masih bisa menikmati film ini,walaupun secara keseluruhan film ini terasa
nanggung. Satu hal paling positif dari film ini adalah pesan yang dibawa oleh film ini. Dari
film ini gue belajar kalo sebenernya selama ini manusia selalu berusaha menjadi
‘Tuhan’,bahkan menciptakan ‘Tuhan’ baru buat dirinya sendiri. Suatu saat nanti,hal
yang terjadi di film ini bukan tidak mungkin akan terjadi di kehidupan nyata
saat manusia bisa menemukan ‘Tuhan’ barunya. Kecerdasan mungkin bisa dibuat tapi
tidak dengan perasaan,bagaimanapun,perasaan dan emosi bukan hanya hasil dari reaksi
biokimia yang terjadi di tubuh kita. Satu hal lagi,mungkin niatnya Dr. Will itu
baik,tapi gue rasa ada batas antara apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
manusia untuk melawan kehendak Tuhan,dan menurut gue Dr. Will udah melewati
batas tersebut. Itu sih yang gue tangkep dari film ini.
Overall,Transcendence adalah film yang nanggung. Mau dibilang
jelek juga enggak,mau dibilang bagus juga enggak. Buat kalian yang suka sama
film yang mikir-mikir dan juga suka sama teknologi masa depan,khususnya AI,gue
sih menyarankan kalian buat nonton film ini. Tapi buat kalian yang nyari film
ringan yang isinya jedar-jeder-jedor,mendingan jangan nonton deh,tapi kalo
emang mau nonton ya nggak apa-apa sih (gimana sih,ngasih saran kok plin plan?).
Transcendence. 7,5 of 10.