Sabtu, 03 Mei 2014

Review Film The Amazing Spider Man 2 3D

Buat kalian yang seumuran sama gue pasti familiar sama tebak-tebakan super garing ini :

“Sapi,sapi apa yang bisa terbang?”
“Sapiderman..” *krik krik krik krik*


The Amazing Spider Man 2 menceritakan kejadian pasca film sebelumnya (yang belom nonton The Amazing Spiderman,tonton dulu sanaaa..). Peter Parker mulai terbiasa menjalani kehidupannya sebagai Spider Man, menjadi superhero dan memberantas kejahatan di kota New York. Setelah ‘membereskan’ Lizard di film sebelumnya,di film ini muncul villain baru yang menamakan dirinya Electro. Electro adalah perwujudan dari Max Dillon,seorang karyawan Oscorp yang mengalami kecelakaan kerja saat memperbaiki instalasi listrik di lab biogenetika milik Oscorp. Spider Man pun tak bisa diam melihat ulah Electro yang mematikan seluruh jaringan listrik di kota New York. Selain Electro,di film ini muncul juga dua villain lain : Green Goblin & Rhino. Tak hanya harus melawan penjahat-penjahat tersebut,Spider Man juga harus menjalani kehidupannya sebagai manusia biasa : menjalin hubungan dengan Gwen Stacy dan juga memecahkan misteri kematian kedua orang tuanya. Dapatkah Spider Man mengalahkan tokoh jahat yang muncul bertubi-tubi? Bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Gwen Stacy? Misteri apakah yang disembunyikan di balik kematian orang tuanya? Saksikan The Amazing Spiderman 2 di kota kesayangan anda. :p

Mungkin awalnya cerita film ini dibuat sengaja lebih ribet dan lebih kompleks. Tapi  kok malah agak maksa ya? Kalo "Captain America 2 : The Winter Soldier" sukses menyajikan cerita yang kompleks dan WOW,gue rasa The Amazing Spiderman 2 agak gagal dalam menyajikan cerita didalamnya. Ibarat kata bubur ayam,film ini kayak bubur ayam yang dikasih ayam suwir,bawang goreng,kecap,sama krupuk tapi ngasihnya nggak pas dan nggak beraturan,bukannya jadi enak malah jadi kurang nampol. (Aduh,maaf banget fans Spider Man diluar sana,ini pendapat pribadi dari lubuk hati yang paling dalam).

Porsi drama di film ini gede banget. Nggak cuma jadi selingan,sisi drama di film ini ditonjolkan secara begitu nyata (ini bahasa gue kenapa jadi kayak Syahrini gini sih?). Di film ini hubungan Peter Parker-Gwen Stacy terasa begitu romantis. Chemistry antara keduanya kerasa banget (apa gara-gara mereka pacaran beneran di dunia nyata kali ya?) Gue suka banget cara Peter Parker ngeliatin Gwen Stacy,atopun sebaliknya. Duh,romantis banget.. gue jadi pengen (?).

Selain menampilkan sisi drama-romantis yang cukup kuat,film ini juga menyajikan action-sequences yang stunning and awesome. CGI dan special effectnya ‘asyik’ banget. Aksi spiderman melayang-layang di langit kota New York digambarkan begitu ‘indah’. Pertarungan Spider Man VS Electro dibuat sedemikian enjoyable dengan bumbu slow motion dan kilatan-kilatan listrik,yang sumpah,keren banget.

Tapiiiiiiiiiii.. sekali lagi ada yang bikin gue nggak sreg : Villains (pake ‘s’,soalnya banyak). Nggak tau kenapa gue nggak suka sama Electro. Sosok villain ideal di mata gue adalah villain yang pinter dan susah dikalahin  (contoh : Loki’nya Thor,Khan’nya Star Trek,Mad Dog’nya The Raid) and Electro is just a big NO for me. Electro pas masih jadi Max Dillon itu cupu,pas udah jadi electro,masih cupu juga!! (sepertinya penulis review ini harus merasakan sendiri rasanya disetrum Electro). Green Goblin-nya oke lah lumayan walopun ‘ohh-cuma-gitu-doang’. Rhino’nya nih yang paling bikin sebel,udah nggak serem,bantet pula,selain itu dateng-dateng langsung teriak “I’M RHINOOOO!” dengan nada kayak lagi perkenalan di depan anak-anak TK. Duh,Om.

Tuh kan,dari bentuknya aja udah bantet-menggemaskan gitu..

Di departemen akting,ada Andrew Garfield yang bikin gemes *cubit-cubit*. Gue baca di forum ada yang bilang kalo sepanjang film ekspresinya datar,tapi kok menurut gue enggak gitu ya? Gue justru lebih suka Spider Man versi Garfield daripada versi McGuire. Lebih lucu,lebih humoris,lebih slengekan....dan lebih ganteng. Ada Emma Stone yang imut,nggemesin,cantik,seksi semua jadi satu. Gwen Stacy sukses menjadi “Superhero’s Girl” favorit gue sepanjang masa. Ada lagi Dane DeHaan yang di trailer keliatan iyuh-cupu-banget tapi di filmnya ternyata menampilkan performa yang bagus sebagai Harry Osborn sekaligus Green Goblin. Satu hal yang nggak bisa gue lupa dari Dane DeHaan adalah poninya sebelum dia jadi Green Goblin,sungguh poni yang memorable. 

Untuk scoring dan backsound,gue udah nggak bisa lagi meragukan hasil karya Hans Zimmer yang disisipkan di berbagai bagian film ini. Nada-nada yang terbentuk gara-gara benturan-benturan electro sama tiang listrik (ato apalah itu) sesungguhnya keren banget. Ada dua lagu yang sekarang sering di play sama gue gara-gara film ini. Lagu pas Peter Parker galau gara-gara Gwen Stacy yang didengerin via earphone : “Gone Gone Gone”-nya Phillip Phillips. Sama lagu yang diputer pas credit title : “It’s on Again”-nya Alicia Keys ft. Kendrick Lamar.

Buat yang bingung mau nonton versi 2D sama 3D,gue menyarankan kalian buat nonton yang versi 3D. Gue udah nonton dua-duanya,dan gue rasa versi 3D’nya lebih mantep. Walopun tanpa kehadiran pop-out alias adegan keluar-keluar layar,The Amazing Spiderman 2 tetap lebih ‘syahdu’ dinikmati versi 3D’nya dengan depth of field yang keren banget. Selain itu,kilatan-kilatan listriknya elektro,momen-momen Spider Man gelantungan di langit,jauh lebih keren saat dilihat dalam versi 3D.

Walopun cerita dan villain’nya kurang nampol. Gue rasa The Amazing Spiderman 2 tetaplah menjadi sebuah film yang (sangat) enjoyable. Sisi drama-romantis yang 'hangat'; action-sequences yang keren; penampilan Andrew Garfield,Emma Stone,dan Dane DeHaan yang meyakinkan; serta Scoring dan backsound yang enak banget didenger membuat film ini menjadi film yang wajib ditonton di bioskop.


 The Amazing Spiderman 2 3D. 8,0 of 10.

4 komentar:

  1. Ini nih udah nunggu dari kemaren review nya.

    Saya selalu lebih menyukai Spider-man versi Tobey ketimbang Garfield. Entah kenapa, versi Tobey terlihat lebih rapuh saat sedih, lebih galau saat cinta nya ke MJ gak kesampaian. Sisi heroik nya pun lebih dapat Tobey keliatan serius & nafsu buat nyelamatin orang ketimbang versi slengean Garfield. Oke, gue tahu kalo Spider-man aslinya juga slengean & banyak bacot di versi aslinya ketimbang pemalu & alim ala tobey.

    Duh, kok masih banding2in versi spider-man sampe sekarang ya???

    Anyway, saya ga pernah bisa nikmatin The Amazing Spider-man 1, namun saya tetap ngasih kesempatan buat TAS 2. Ternyata bagus. Dramanya dapat, ceritanya logis, dan para Villains munculnya giliran ketimbang keroyokan.

    Si Electro emang payah. Green Goblin cemen karena "cuman segitu doank". Rhino? Beraninya ma anak kecil.

    Yg paling bikin saya frustasi di TAS adalah sutradaranya anti banget nampilin MJ. Sampe adegannya dihapus. Kasian banget mbak Sheilene Woodley.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo saya pokoknya #teamGarfield. hhahaha

      Saya malah suka banget sama keputusan buat ngilangin MJ dari TASM 2. Kalo dimasukin,kayaknya malah jadi lebih nggak fokus lagi. hhehe :D

      Hapus
    2. Iya. Saya juga akhirnya tahu alasan pihak produksi utk ngilangin MJ. Ternyata mereka gak pengen memecah kegalauan yang muncul di akhir cerita.

      Hapus
  2. akhirnya tau judul lagunya. yang judulnya gone gone gone

    BalasHapus

7 Hal Yang Gue Pelajari di Umur 23 Tahun

Happy birthday to me!! Ehe Ehe. Ndak terasa tiba tiba udah 23 tahun aja, perasaan baru tahun kemaren ngerayain ulang tahun yang ke 22. Ehe ...