Pengakuan : Gue seumur ngga pernah berantem. Beneran, gue ngga pernah mukul
anak orang, atopun dipukul. Tuhan melindungi gue dari masalah dan gue pun
kayanya ngga pernah bikin masalah macem-macem yang sampe menimbulkan
jotos-jotosan. Gue merasa beruntung ngga pernah ngerasain babak belur kaya apa
yang dirasain Michael B. Jordan di film yang baru gue tonton kemaren, “Creed”.
“Creed” adalah sebuah film bertema tinju. Gue sendiri sama sekali ngga suka
tinju, sampe sekarang gue masih ngga ngerti kenapa ada orang-orang yang suka
nonton dua manusia saling tonjok-tonjokan dan saling melukai, I just don’t get
the fun part. Sampai kemudian gue baca beberapa review positif soal film ini
dan karena ‘kebetulan’ gue lagi nganggur, gue coba nonton film ini.
Film ini bercerita tentang Adonis Johnson (Michael B. Jordan), anak dari
selingkuhan Apollo Creed, seorang legenda tinju. Adonis atau biasa dipanggil
Donnie berniat mengikuti jejak ayahnya dengan menjadi petinju. Donnie pun
bertemu dengan Robert “Rocky” Balboa (Sylvester Stallone), seorang mantan
petinju profesional, yang juga teman dari Apollo Creed. Rocky kemudian menjadi
trainer Donnie, akankah Rocky bisa membawa Donnie menuju kesuksesan? Apa yang
akan terjadi saat Donnie ditantang oleh seorang juara tinju dunia yang belum
pernah terkalahkan?
Sekali lagi gue tekankan, gue ngga suka
nonton pertandingan tinju, tapi film ini memberikan lebih dari sekadar
tonjok-tonjokan di atas ring tinju. Film ini mengingatkan gue pada Whiplash
(2014), bedanya kalo Whiplash bercerita soal gebuk-gebuk drum, film ini
bercerita soal gebuk-gebuk anak orang. Ceritanya menurut gue lumayan cepet
(walaupun durasinya sekitar 2 jam juga). Gue agak ngga sreg sama bagian-bagian
awal film ini, it’s so “ya udah lah ya”-able. Ngga ada yang terlalu menarik. Ngga seru seru amat juga. Semua berubah di
sepertiga akhir film. FYI, gue sempet
nangis pas nonton bagian akhir film ini. Seumur hidup, baru kali ini gue nonton
tinju sampe nangis. Sebenernya ada cerita sampingan yang menurut gue harusnya
bagus, tapi kurang digali jadinya ya gitu-gitu aja, ceritanya si Donnie sama
Bianca yang lempeng banget, kurang greget, apaan baru makan sekali besoknya
udah cium-ciuman, eh, maap.
Dulu, ketika gue mendengar nama Michael B. Jordan untuk pertama kali, gue
sempet mikir “Oh, yang pemain basket itu sekarang jadi pemain film?” (dan gue
tetap terperangkap dalam kebodohan ini sampai beberapa waktu), ternyata gue
salah, BEDA ORANG BROOOOO!! Terlepas dari kebodohan gue di masa lalu, Michael
B. Jordan tampil bagus di film ini, gue suka gayanya, yo! Wassap bro~~ kalem
tapi gampang labil. Dia katanya ketonjok beneran lho pas akting buat film ini,
salut deh. Gue suka gimana dia berhasil meyakinkan penonton kalo dia petinju
(gue sih percaya percaya aja, orang pernah nonton tinju juga engga). Sylvester
Stallone, om Rambo yang sekarang udah jadi mbah-mbah, juga turut andil membawa
film ini menuju titik puncak (?) di bagian akhir film. Beliau cocok sih jadi
mbah-mbah, oke, sorry, kakek-kakek yang udah pensiun dari dunia tinju tapi masih
ada aura-aura seremnya.
Satu hal lain yang gue suka dari film ini adalah backsound-nya. Ya kalo
setiap adegan tinju ngga dikasih musik, apa bedanya sama yang disiarin sama tv*ne?
Adegan-adegan tinju di film ini bisa jadi jauh lebih emosional, thanks to the
backsound.
Overall, Creed menampilkan tinju
yang tidak hanya sekedar tinju. The last part is so outstanding. Those scenes
are so tense and emotional.
8,5 of 10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar