Selasa, 30 April 2013

Gue VS Kamera SLR

Oke,kali ini gue kembali dengan sebuah postingan singkat tentang apa yang gue alami hari ini..

Kalo dipikir-pikir,gue ini terlalu sering ada didalam suatu keadaan yang disebut sendirian. ke burjo sendiri,ke bioskop sendiri,bahkan pernah ke happy puppy,karaoke'an sendiri.. Tapi dari kesendirian itu gue kadang-kadang menemukan moment-moment absurd kayak apa yang gue alami hari ini.

Hari ini gue nggak ada kuliah. Karena kurang kerjaan dan lagi kebanyakan duit #somse,gue memutuskan buat ke Solo Grand Mall,sendirian. Gue kesana berniat buat nonton 9 Summers 10 Autumns di 21. 
Sebenarnya keputusan buat jalan sendirian itu keputusan yang sulit,gue harus menerima tatapan-tatapan aneh dari pengunjung-pengunjung mall yang melihat gue jalan sendirian. Tatapan-tatapan itu gue sebut tatapan-ciyee-jombloo-yaaa. 

Sampe di 21,gue langsung ke tempat pembelian tiket (ya iyalah.. nenek nenek yang lagi senam juga tau!). Seperti biasa,gue akan berhadapan dengan mbak-mbak-cantik-bermake-up-yang-pake-rok-panjang-tapi-belahannya-aje-gileee.. Beruntung mbak-mbak disini hatinya nggak semulia mbak-mbak pelayan warung pizza. Gue merasa lebih nyaman dan cocok sama mbak-mbak 21.
Oke,untuk hari ini sebut saja dia mbak Surti. Pertama kali ketemu gue,mbak Surti langsung senyum manis dan bertanya..
"Mau nonton apa kak?"
Gue yang masih unyu-unyu,fresh,dengan mata yang masih jernih,dan kulit yang masih segar (ini manusia apa ikan sih?) sebenernya agak risih buat dipanggil 'Kak'. Tapi nggak apalah yang penting gue cocok sama mbak Surti. 
Gue pun menjawab pertanyaan mbak Surti,
"9 Summers 10 Autumns,mbak.. "
Mbak Surti pun melanjutkan pertanyaannya..
"Untuk berapa orang? "
Disini gue mulai curiga sama mbak Surti,kenapa dia nanya-nanya mulu? jangan-jangan mbak Surti naksir sama gue. Tapi akhirnya gue tau diri,gue dan mbak Surti nggak mungkin bersatu.
Gue pun mencoba melanjutkan hidup dan menjawab pertanyaan mbak Surti..
"Satu orang mbak.."
Ini adalah bagian paling nggak enak. Mbak Surti menatap gue dengan tatapan ciyee-jombloo-yaa dan gue merasa menjadi orang paling jomblo sedunia (abaikan..).

Gue pun memilih tempat duduk dan langsung menuju ke studio dimana film yang mau gue tonton diputar. 
Ternyata baru ada 2 orang,seorang ibu-ibu dan anak ceweknya yang masih remaja..
Dan kebetulan mereka duduk persis didepan tempat duduk gue...

Beberapa saat kemudian,si anaknya itu,sebut saja Bunga,mengeluarkan kamera SLR dari tasnya. Si Bunga ini langsung memotret ibunya dari samping. Berkali-kali. Ibunya ini kemungkinan anggota PI2AI (Persekutuan Ibu Ibu Alay Indonesia).
Gue cuma bisa jaga imej,pura-pura sibuk sama hape gue. Dan tiba-tiba gue memikirkan sesuatu..

"Abis ini pasti mereka mau foto berdua... trus kalo mau foto berdua harus ada yang motoin... trus di studio ini,selain mereka cuma ada gue... trus masalah utamanya,gue nggak pernah make SLR... Tapi apapun yang terjadi gue nggak mau kehilangan imej cowok ganteng-dan-keren yang gue bangun dari awal masuk studio tadi cuma gara-gara gue nggak bisa pake kamera SLR. Trus nanti kalo mereka beneran minta tolong ke gue trus gue harus gimana? Pura-pura mati? ato pura-pura jadi presiden Zimbabwe biar mereka sungkan trus nggak jadi minta tolong? Tapi kan gue nggak bisa bahasa Zimbabwe? Apa gue pura-pura jadi kursi 21? Tapi mana ada kursi yang bisa maenan hape? Apa gue pura -purrrr..."
Sebelum bisa menemukan solusi yang tepat,apa yang gue takutkan pun terjadi... Si Bunga dengan senyum manisnya,menoleh ke belakang,menoleh ke arah gue.. dan bilang
"Mas,bisa minta tolong fotoin?" *sambil ngasih kamera SLR'nya*
dalam hati gue...
"MAMPUS!!! beneran kan!! gimana ini... Bahasa Zimbabwe'nya "maaf saya presiden Zimbabwe apa ya?"
Akhirnya mau nggak mau gue harus tetep keliatan cool dan mencoba peruntungan gue. Gue pegang kamera SLR'nya,gue pegang seakan akan gue akan memotret. Si Bunga dan ibunya juga udah berpose manis. Hingga akhirnya gue mengeluarkan kata-kata yang sampe saat ini gue masih menyesal kenapa gue bisa mengeluarkan kata-kata itu...
Jadi,ketika mereka udah berpose dan gue udah berlagak seolah-olah siap memotret mereka,gue bilang....
"Ini mencetnya yang mana ya?"
Ibunya si Bunga sukses senyum-senyum nggak karuan. Bunga juga sukses menahan senyum. Dan gue sukses menahan malu.
Bunga pun ngasih tau gue tombol mana yang harus dipencet (sambil nahan senyum). Dan mereka kembali berpose. Bunga nanya sama gue..
"Gimana mas,udah dapet?"
Terjadi pergolakan di otak gue..
"Hah? Dapet apanya? Apa yang dia maksud itu 'Dapet' bulanannya cewek? Gue kan cowok.. nggak mungkin 'Dapet'.. ohh fokusnya bego! tapi ini kan layarnya masih item .. berarti fokusnya belom dapet kali ya.."
Gue pun dengan sok-sokan menjawab..
"Ohh.. belum mbak.. bentar bentarr.. "
Bunga pun ikut membantu dengan memutar-mutar lensa kameranya dari depan. 
Tapi walopun udah dibantu bunga,nggak tau kenapa layar kameranya masih item. Belum fokus kayaknya...
Bunga pun bertanya lagi..
"Gimana mas?"
Gue mencoba menggerak-gerakan kameranya. Berlagak mencari angle yang bagus.Tapi,karena layarnya masih item aja,akhirnya gue memberanikan diri buat tanya sama si Bunga..
"Emmmm.. kok ini layarnya masih item ya?"
Gue tunjukkin layar kamera SLR'nya ke bunga. Dan Bunga langsung menjawab (sambil menahan tawa)..

"Oh,maaf ya mas,ini kameranya masih mati,belum di idupin.. "

*TAMAT*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

7 Hal Yang Gue Pelajari di Umur 23 Tahun

Happy birthday to me!! Ehe Ehe. Ndak terasa tiba tiba udah 23 tahun aja, perasaan baru tahun kemaren ngerayain ulang tahun yang ke 22. Ehe ...