Selasa, 30 April 2013

Review Film 9 Summers 10 Autumns : Film Motivasi yang Menyentuh Hati

Berawal dari pertanyaan gue tadi malem.. "Besok libur,enaknya ngapain ya?"
Gue pun browsing kesana kemari dan akhirnya menemukan sebuah judul,"9 Summers 10 Autumns",sebuah judul novel yang juga judul film. Review dari "orang-orang internet" bikin gue tertarik sama judul ini. Dan hari ini gue memutuskan buat beli novelnya sekaligus nonton filmnya. 

Di postingan kali ini gue akan mencoba memberikan review gue tentang film ini.
So,this is my review,Check it out!!

"Film yang sukses menyentuh dan menghangatkan hati"
9 Summers 10 Autumns bercerita tentang Bayek/Iwan Setyawan (diperankan oleh Ihsan Tarore),anak dari seorang sopir angkot di Batu,Malang. Sebagai anak laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara,Bayek harus menerima didikan yang 'keras' dari ayahnya. Bayek terlahir sebagai anak kecil yang penakut,bahkan di hari pertamanya masuk SD,ibunya harus menunggu di depan kelas.Walaupun penakut,Bayek tumbuh menjadi seorang anak yang pintar,terlebih dalam bidang matematika. 
Tibalah saat Bayek lulus SMA dan diterima untuk kuliah di IPB. Awalnya,bapak Bayek tidak mengizinkan anaknya untuk pergi merantau dari rumah. Tapi apa yang terjadi pada Bayek? Bagaimana jalan hidup Bayek sehingga pada akhirnya dia menjadi seorang direktur di New York?
Saksikan di bioskop terdekat di kota anda!

Cerita yang  sangat menyentuh hati (wuiihh bahasanyaa..). Dari awal film gue langsung dibawa masuk ke dalam dunia yang Bayek miliki. Kemiskinan keluarga Bayek,bagaimana Bayek dan keluarganya hidup,buat gue terasa real. Itu semua adalah apa yang gue lihat di desa,di kampung halaman gue. "Feel Ke'desa'annya" dapet banget! Walaupun gue bukan orang jawa timur,tapi apa yang digambarkan di film itu mengingatkan gue akan Wadaslintang dan segala dinamika didalamnya. 
Bayek yang notabene adalah anak laki-laki satu-satunya dikeluarganya juga seakan-akan menyindir gue yang juga anak laki-laki satu-satunya di keluarga gue (yah,beda tipis laah..). Yang berbeda adalah bagaimana bapak Bayek mendidik Bayek dan Bapake mendidik gue. Bapake mendidik gue dengan cara yang super halus kalo dibandingin sama bagaimana Bapak Bayek mendidik Bayek.
Apa yang Bayek alami saat kecil itu bener-bener JLEB banget di hati gue. Dulu,pas pertama masuk SD,gue juga takut,Mamake juga harus nungguin gue di pintu kelas gue. Dan mirip sama Bapaknya Bayek,dulu Bapake juga pernah bilang ke gue,"Cowok kok mainnya di dapur,sana maen sama temen-temenmu.. " (ya walopun kata-katanya nggak sama plek,tapi ya mirip-mirip gitu lah..). Dulu,gue juga dapet rangking 1,dan Bapake cuek,sama kayak Bapaknya Bayek.

Oke,nostalgia tentang masa kecil gue cukup sampai disini..

Cerita di film ini mengalir dengan lancar dan nggak bikin ngantuk walopun film ini masuk dalam kategori film motivasi (kayak Laskar Pelangi,Negeri 5 Menara,ataupun semacamnya). Dengan metode flashback ditambah narasi dari tokoh utamanya,film ini berhasil menyampaikan apa yang memang ingin disampaikan oleh film ini (?). Ada beberapa bagian yang agak filosofis,dan menurut gue itu dapet banget. Nggak berkesan menggurui dan nggak bikin gue mikir berlarut-larut. 
Film ini nggak cuma bercerita tentang bagaimana seorang dari keluarga miskin trus tiba-tiba sukses. Hubungan antara tokoh utama dengan keluarganya buat gue jauh lebih 'greget'. Ada kehangatan tersendiri yang masuk ke hati gue. Dan walopun unsur hubungan Bayek-Keluarganya tampil lebih kuat,bukan berarti filmnya gagal memotivasi,banyak motivasi dan inspirasi yang bisa gue dapet dari film ini (apalagi buat gue yang merasa memiliki beberapa kemiripan dengan Bayek).
Banyak sekali adegan-adegan yang dengan sukses menyentuh hati gue dan bahkan beberapa diantaranya bikin gue nangis (ini mah guenya aja yang cengeng). Pas Bayek nggak mau ditinggal ibunya di hari pertamanya masuk SD. Pas bapaknya Bayek beli sepeda buat Bayek. Pas bapaknya Bayek marah-marah sama istrinya gara-gara mengizinkan Bayek buat kuliah di Bogor.  Pas Bayek janji kalo dia bakalan membahagiakan ibunya. Saat-saat Bayek menghubungi ibunya dari perantauan. Dan banyak lagi adegan menyentuh lainnya. 

 
Bayek kecil dan keluarganya
Jajaran pemain yang kuat menambah nilai plus dari film ini. Semuanya bermain dengan pas,nggak berlebihan. Ihsan Tarore,Pemeran Bayek,yang awalnya gue pesimis sama akting dia di film ini,ternyata aktingnya bagus. Jadi anak SMA yang dekil,trus jadi mahasiswa,trus jadi seorang pekerja di New York,semuanya diperankan dengan baik. Dewi Irawan secara mengagumkan sukses jadi sosok seorang Ibu,yang bener-bener bikin nggak tega pas dia nangis. Ada lagi Alex Komang,yang memerankan Bapak Bayek,tegas dapi tetep bisa menyentuh hati. Sayang,porsi Agni Pratistha  sebagai kakak Bayek di film ini menurut gue agak kurang. 

Efek samping film ini mengingatkan gue sama efek samping dari "Life Of Pi". Bener-bener masuk ke hati. Tapi karena kehidupan Bayek jauh lebih real di mata gue,buat gue "9 Summers 10 Autumns" lebih masuk ke hati gue. 

Ada beberapa quotes yang bener-bener nyantol di otak gue :
"Dadi wong lanang iku kudu kendel,dunyo iki mek kanggo wong sing kendel." - Bapak Bayek
"Bapak nggak bisa milih anak yang pantas buat bapak! dan aku juga nggak bisa milih bapak yang pantas buat aku!" - Bayek
"Masa lalu itu, bagaimanapun getirnya, selalu akan ada, untuk dimengerti." - Bayek
"Kita tidak bisa memilih masa kecil kita,tapi masa depan itu,kita yang menentukannya." - Iwan Setyawan/Bayek

Overall,film ini bagus banget. Dengan cerita yang menyentuh dan menghangatkan hati. Berhasil memberi inspirasi dan motivasi buat gue. Film ini sukses menjadi kandidat terkuat film indonesia terbaik di tahun 2013 sampai saat ini (versi gue,hhaha ).

9 Summers 10 Autumns. 8,5 out of 10! :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

7 Hal Yang Gue Pelajari di Umur 23 Tahun

Happy birthday to me!! Ehe Ehe. Ndak terasa tiba tiba udah 23 tahun aja, perasaan baru tahun kemaren ngerayain ulang tahun yang ke 22. Ehe ...