“I don’t know
about you but I’m feeling 22~~”
Gue pertama kali
denger “22”-nya Taylor Swift pada tahun 2012 dan baru 5 tahun kemudian bisa
bener-bener mendalami arti sesungguhnya dari lagu tersebut. Ehe. Sombong. Ehehehehe.
Perasaan baru tahun lalu umur 21, sekarang udah 22 aja…
Sebelum nulis
panjang lebar ngga penting, gue ingin berterimakasih pada semua pihak yang
sudah mendukung keberlangsungan hidup gue selama 22 tahun ke belakang ini. Yang
nomer satu dan selalu nomer satu, Ya Allah Tuhan YME, terimakasih untuk hidup
yang luar biasa ini. Trus buat Mamake & Bapake, terima kasih karena pada akhirnya anak klen ini bisa hidup mandiri. Buat teman-temanku
rekan-rekan handai taulan di seluruh pelosok negeri : teman SMP, teman Aksel,
teman Tekkim UNS, teman ODP 124, teman MyLead 2017; terima kasih untuk support luar
biasa yang kalian berikan selama ini.
Untuk
teman-teman yang sudah menyempatkan waktunya untuk sekadar mengucapkan
selamat ulang tahun : BIG THANKS FOR YOU ALL, IT MEANS A LOT! Semoga
do’a-do’a klen (yang baik-baik) dikabulkan sama Tuhan. Gue do’akan juga ya
semoga hidup klen bahagia selalu, sehat sepanjang masa dan dijauhkan dari gebetan yang suka ninggalin pas lagi sayang-sayangnya.
Gila guys, gue
udah 22 tahun dan hidup masih gini-gini aja. Gue belom punya rumah dan mobil
sendiri; gue belom punya tabungan yang memadahi; dan gue belom punya calon
pendamping hidup. :(
Ngga tau ya,
umur 22 tahun ini gue rasa bakal jadi big turning point dalam hidup gue. Pas
ulang tahun ke-21 gue masih jadi pengangguran, kismin, tak berdaya karena
ditolak berbagai macam perusahaan, trus satu tahun kemudian gue ada di titik di
mana sebentar lagi gue akan diangkat jadi pegawai tetap di salah satu bank
terbesar di Indonesia (anjir, sombong). Pelajarannya adalah, sesusah apapun
hidup elu, sesakit sakitnya penolakan-penolakan yang elu alami, gue yakin dan
gue udah ngalamin : semua akan indah pada waktunya. Sekarang, semua rasa sakit
hati : mulai dari ditolak masuk UI sampe ditolak perusahaan-perusahaan pas gue
nyari kerja, semuanya terbayar tuntas.
Alhamdulillah, hidup gue udah (relatively) enak, udah bisa bayar kos ber-AC di
pusat kota Jakarta, sesungguhnya gue ngga bisa berhenti bersyukur atas semua
nikmat yang Tuhan berikan.
Di umur yang
ke-22 ini juga, gue ngerasa ada banyak hal yang ngga perlu dipikir dalem-dalem,
salah satunya adalah soal pertemanan. Prinsip gue sekarang adalah : kalo ngga
cocok ya ngapain pura-pura sok akrab sih? Gue sekarang sadar, nongkrong sama
orang-orang closed-minded yang membawa negativitas buat diri gue adalah
kegiatan yang sungguh sia-sia. Orang-orang kayak gue ini gampang mengundang
tatapan sinis nan judging (and I don’t have to explain why it happened), but
yes, gue sangat beruntung gue punya banyak teman yang bisa nerima gue apa
adanya, yang mau temenan sama gue as who I really am. Seriously, temen-temen
kayak gini adalah salah satu anugerah terindah dari Tuhan yang pernah gue
miliki (anjir, dramatis).
Anyway, gue udah
terbiasa jadi yang termuda di berbagai circle pertemanan di hidup gue, karena
itu gue sering membuat justifikasi di pikiran gue : “Gue masih muda! Gue masih
muda!”, tapi sialnya, kenyataan tak sejalan dengan keinginan, muka gue boros
banget anjir!! Udah jarang ada yang manggil gue “DEK” atau bahkan “MAS”, semua
manggil gue “PAK”. Kayaknya gue perlu pake nametag yang bertuliskan umur gue
biar orang orang tau kalo gue masih seumuran sama mahasiswa-mahasiswa semester
akhir.
That's all for now, sekali lagi, terima kasih untuk 22 tahun yang luar biasa.
Nantikan postingan gue yang selanjutnya.
Nantikan postingan gue yang selanjutnya.
Regards,
Yoga
Yoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar